Dan lomba penulisan naskah drama pun Sandiwara Radio Bahasa Jawa masih menjadi gelaran yang dihadirkan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut. Bahkan khusus untuk lomba penulisan naskah drama ataupun sandiwara radio bahasa jawa, bukan saja digelar bagi umum yang di dalamnya termasuk mahasiswa, akan tetapi juga diselenggarakan khusus bagi para pelajar tingkat SLTA di lingkungan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, baik SMU ataupun SMK.
Pihak penyelenggara dari lomba penulisan naskah drama ataupun sandiwara radio berbahasa jawa, baik tingkat pleajar pun untuk umum, keduanya langsung diserahkan kepada pihak panitia yang dalam hal ini dihelat langsung oleh Tim Pengembangan Sandiwara Radio Bahasa Jawa Kundha Kabudayan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dalam Tim Pengembangan Sandiwara Radio Bahasa Jawa tersebut terdapat pula nama-nama seperti Landung Simatupang sebagai pihak panitia dan Danu Primanto (eks Balai Bahasa DIY) selaku salah satu Dewa Juri.
Berikut adalah 10 nama yang merupakan kandidat beruntung karyanya masuk sebagai 10 besar, di mana selain ke-10 naskah tersebut akan dialih-wahanakan ke dalam bentuk sandiwara radio, masing-masing nama tersebut juga akan memperoleh hadiah sebesar Rp2.500.000,-
Demikian nama-nama 10 pemenang pada lomba penulisan naskah drama ataupun sandiwara radio berbahasa jawa, yang kesepuluhnya besar kemungkinan memang merupakan generasi baru. Sehingga substansi dari diselenggarakannya sebuah lomba sebagai ajang “REGENERASI” seperti ini benar-benar terwujud. Tak ada nama-nama yang sejatinya tak lagi layak mengikuti lomba namun tetap “ndableg” turut serta seolah tak mau kehilangan ‘lahan’ pun kesempatan.
Dari ajang semacam ini tentu semua memiliki harapan yang tak jauh berbeda, yaitu tetap semangat dalam berkarya dan melestarikan budaya pun bahasa jawa. Tak berhenti hanya pada sebatas lomba saja. Karenanya, harapan serupa tentu harus dinampakkan pula dari pihak panitia, yaitu agar panitia selayaknya juga bisa menyaring, menimbang, atau setidaknya membatasi beberapa hal, sehingga substansi dari diadakannya “lomba” sebagai ajang REGENERASI tersebut benar-benar nyata. Bukan sebatas lomba berulang-kali, namun yang menjadi pemenang hanya itu-itu saja. []