Dikemukakannya ‘Alasan Bertemu’ dalam program pertunjukan pada FKY tahun 2021 masih sangat sejalan dengan ragam pendapat pada program lainnya, di mana ia juga tetap menitik-beratkan pada komunitas sebagai semangat keberdayaan yang merupakan tema FKY tahun 2021, sekaligus juga sebagai sebuah pencatatan budaya yang menjadi visi penyelenggaraan FKY tahun 2021 kali ini.
Berkaitan dengan hal di atas, maka menjadi penting ketika kita juga harus melihat budaya-musik di luar genre yang saat ini terus muncul dan berkembang, di mana dalam konteks Yogyakarta, dapat dikatakan bahwa komunitas ataupun grup adalah juga bagian yang merepresentasi perkembangan dan catatan atas musik itu sendiri. Dari sini jika kita mengamati lebih luas, diakui ataupun tidak, pada kenyataannya toh Yogyakarta juga menjadi salah satu tempat yang cukup signifikan dalam memberi sumbangan terhadap khasanah perkembangan musik populer di Indonesia.
Selanjutnya tatkala kita berbicara perihal musik yang acap muncul di pangung pertunjukan, dapat diamati bahwa karakter khas yang ditawarkan berbagai musik populer di Yogyakarta, tak lain terletak pada kemunculannya, di mana sebagian besar berasal dari komunitas yang telah akrab dengan disiplin seni lainnya. Hal ini diperkuat pula dengan catatan sejarah yang mengungkapkan bahwa Yogyakarta telah menjadi ruang pertemuan ragam budaya, di mana karakter luwes dan sifat terbuka terhadap pertemuan ragam budaya ini terus bertahan hingga kini.
Jika harus melihat ke belakang, maka dapat disaksikan bahwa tak sedikit komunitas ataupun grup musik yang cenderung berkumpul di studio musik, karena itu mereka yang berada di Jogja, yaitu yang aktif berkegiatan dalam musik dan sempat merasakan aktivitas band-band-an –terutama pada era sembilan-puluhan– tentu tak akan asing dengan keberadaan studio Alamanda yang pada mulanya bernama studio Batas.
Sebagai studio legendaris, Studio Batas yang kemudian berganti nama menjadi Studio Alamanda ini merupakan cikal-bakal kehadiran komunitas Alamanda Music Corner, yaitu komunitas yang telah melahirkan banyak musisi di Yogyakarta, baik grup maupun individu. Beberapa contoh dari mereka yang saat ini tak asing lagi di telinga kita antara lain adalah Sheila On 7, Jikustik, Endank Soekamti, dan The Rain. Nama-nama tersebut bahkan pada akhirnya juga memiliki pengaruh yang sangat kuat pada ranah dan industri musik nasional di tanah air kita.
Pada pertunjukan musik sebagai bagian dari program dari “FKY 2021 Mereka Rekam” kali ini, musisi dari komunitas Alamanda diagendakan bakal berkolaborasi dengan band anak Yogyakarta berjuluk The Beast Kidz dalam lagu “Kunang-Kunang”, yaitu sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Es Nanas. Tujuan dari kolaborasi ini tak lain guna memberi ruang percakapan antargenerasi sekaligus saling berbagi imajinasi tentang masa depan. Jika harus menilik kembali tujuan FKY tahun 2021, maka hal ini sangat sesuai untuk dilakukan, pasalnya ia juga memiliki tujuan untuk tidak hanya sebatas memberi peluang dan ruang bagi anak-anak sebagai obyek, namun juga menjadi subyek yang berperan aktif dalam perkembangan kebudayaan Yogyakarta, khususnya dalam hal ini melalui ranah musik.
Seturut dengan kolaborasi antara musisi komunitas Alamanda dengan band anak Yogyakarta bernama The Beast Kidz, pada pertunjukan FKY tahun 2021 kali ini juga akan ditampilkan pertautan antara musik dan sastra sebagai unsur yang lekat terhadapnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Gunawan Maryanto hadir untuk kemudian mengubah syair ataupun lirik lagu yang lahir dan diciptakan dari berbagai grup musik dalam komunitas Alamanda melalui pendekatan sastra. Sebagaimana telah diketahui, Gunawan Maryanto merupakan salah satu seniman Yogyakarta yang telah bergerak di banyak bidang seni, seperti sastra, teater, dan musik. Lirik lagu “Untuk Dikenang” karya Pongki Barata (eks Jikustik) dan “Ketidakwarasan Padaku” karya Eross Candra (Sheila On 7) disikapi dan dibaca sebagai bait puisi. Lirik lagu yang dibacakan dalam kerangka sastra dan kekuatan olah watak dari Gunawan Maryanto ini bakal menjadi presentasi catatan atas lirik musik yang tentunya sangat menarik.
Kecuali lagu Kunang-Kunang, Untuk Dikenang, dan Ketidakwarasan Padaku, ada lagi lagu pilihan lain dari Alamanda Music Corner yang bakal dimainkan, di antaranya adalah lagu “Planet Z” dan “Lebah” (I Hate Mondayz), “Setengah Mati” (BRE), “Untuk Dikenang-Pandangi Langit Malam Ini” (Jikustik), “Dengar Bisikku” (The Rain), serta tak ketinggalan “Bintang Jatuhku” (Endank Soekamti). Sebagai penutup, tembang “Alasan Bertemu” yang telah dipopulerkan oleh The Alamanders akan dimainkan oleh semua musisi yang terlibat, di antaranya ada Eross Candra, Pongki Barata, Icha Mirza Hakim, Taka Bre, Igun Boi, Sandy Newdays, Rachel Vla, Indra Prasta, Dory Soekamti, Tony Soekamti, Brian Azhar, Ferry Efka, Bayu Mondayz, serta Tomo Widayat.
Penampilan mereka dalam pertunjukan kali ini akan dialih-mediakan dengan menggabungkan antara live studio dan perjumpaan virtual di antara para musisi. Seluruh penampilan musisi Alamanda Music Corner ini dapat disaksikan selama gelaran FKY 2021 Mereka Rekam berlangsung, yaitu melalui situs web www.fky.id mulai tanggal 25 September 2021 –tepatnya mulai pukul 19:30 WIB.
Pada akhirnya, ‘Pertunjukan Musik Alasan Bertemu’ yang menjadi bagian dari rangkaian program FKY 2021 Mereka Rekam ini menjadi salah satu usaha dalam menebalkan riuhnya pertemuan budaya dan seni di Yogyakarta, sekaligus juga menjadi sebuah pernyataan bahwa karakter khasnya harus terus-menerus diupayakan bersama, hingga kemudian seluruh catatan terhadapnya menjadi refleksi atas keberdayaan itu sendiri. []