Project angkringan Jepang dan angkringan Jogja ini sejatinya telah ada beberapa minggu sebelum kabar itu terpublikasikan secara viral, baik itu oleh media mainstream pun oleh media anti-mainstream. Ialah Jun Kitazawa yang melakukannya, seiring gelaran pesta seni rupa dua tahunan ‘Biennalle Jogja‘, yaitu dengan menciptakan satu proyek seni bertajuk ‘NOWHERE‘, sebagai dua kata yang bisa dimaknai sebagai now-here dan sekaligus no -where.
Ketika membicarakan perihal angkringan, tentu yang akan terlintas pertama kali di benak adalah Yogyakarta. Bukan lagi Solo, meski justru Klaten (yang masuk dalam naungan wilayah Surakarta) adalah tempat asal-mula para penjual angkringan ini dahulu kala berada. Angkringan seolah menjadi milik Yogyakarta, sementara meski wujudnya hampir serupa, di Surakarta ia sdisebut sebagai ‘hik’ ataupun ‘wedangan’.
Sebelum menjawabnya, dapat diketahui bahwa konsep dan keberadaan dari project angkringan Jepang ini dipresentasikan tak jauh berbeda dengan kondisi dari angkringan yang ada di Jogjakarta. Sementara Jun Kitazawa, sebagai seniman yang mempresentasikan tak lain adalah seniman yang lahir di Tokyo dan kini tinggal di Yogyakarta.
Pada banyak kesempatan di waktu-waktu sebelumnya, seniman yang memiliki Jun Kitazwa Office Yakumo dan Studio Belimbing ini sejatinya juga telah beberapa kali menggelar karya-karyanya di Indonesia. Dan salah satu proyek unik di Indonesia yang pernah ia gelar tahun 2017 silam adalah proyek kesenian di Kampung Aquariaum -Jakarta Utara berjudul ‘Relokasi’. Saat itu ia berkolaborasi dengan warga dan komunitas setempat, menyajikan kreativitas dan teknik merakit material dengan cepat ‘Apa itu Rumah Ideal’.
Terkait dengan project angkringan Jepang di gelaran Biennale Jogja tahun 2019 ini, Jun Kitazawa menginisiasi proyek seni berupa ‘Angkringan’, yang berangkat dari kegelisahannya selama perjalanan pulang-pergi Indonesia – Jepang. Pada perjalanan pulang-pergi dan pergi-pulang di dua negara tersebut, tak pelak Jun Kitazawa mengalami dua kondisi masyarakat yang berbeda.
Seturut gelaran Biennale Jogja Equator #5 tahun 2019, Jun Kitazawa mengusung angkringan yang identik dengan Yogyakarta tersebut dalam konsep NOWHERE OASIS. Ialah menghadirkan angkringan dengan berbagai lanskap Tokyo dan Jogja sebagai sebuah respon terhadap pengalaman pribadinya.
Sebagai seniman yang menyelesaikan studi doktor di Tokyo University of the Arts ini, Jun Kitazawa memberi MAKNA ANGRKINGAN, bahwa NOWHERE bisa teralikasikan darinya, karena angkringan ini merupakan wujud yang tidak ada di mana pun (nowhere), akan tetapi ia sekaligus ada di sini (now here).
Terkait penjabaran dari apa yang dimaknai oleh Jun Kitazawa mengenai keberadaan angkrinngan tersebut adalah, bahwa ketika hari mulai petang, gerobak makanan yang disebut “Angkringan” mulai bermunculan di sisi dan pinggir jalanan Yogyakarta. Di seputar gerobak tersebut, para pengunjung kemudian keluar-masuk untuk melakukan transaksi jual-beli makanan pun minuman. Selain itu, ada pula yang sengaja menikmati kudapan makanan, dan menyeruput minuman sembari duduk di bangku pun tikar yang disediakan. Antara pengunjung satu dengan lainnya, bahkan meski belum saling mengenal, mereka rela duduk berdampingan sembari bercengkerama di ruang yang nyaman dan bersahabat itu. Di tempat seperti itulah waktu berjalan seolah begitu pelan.
Selain suasana yang terbangun, secara fisik, selembar terpal juga menyelimuti gerobak angkringan dan tempat bercengkarama para pengunjung. Praktis terpal tersebut membuat apa yang berada di dalamnya menjadi tak terlihat dari luar.
Pada kondisi yang ada di angkringan seperti terpaparkan di atas itulah, maka dapat dipandang, bahwa angkringan menjadi obyek yang bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, hanya saja ia bukan pula sebagai tempat yang terlalu terbuka. NOWHERE menjadi teraplikasikan di sini. Bahwa benar iya, NOW HERE, sekarang sedang berada di sini. Namun tak serta-merta pula hal itu. Pasalnya ada sisi-sisi lain yang NO WHERE, yaitu yang tak ada di mana-mana, yaitu hanya di sini; HERE.
Project angkringan Jepang NOWHERE OASIS oleh Jun Kitazawa yang ada dalam Fringe Program Biennale Jogja tahun 2019 ini digelar bersinambungan, dengan rangkaian waktunya adalah sebagai berikut:
Seperti yang dilakukan Jun Kitazawa saat menggelar angkringannya di Tokyo-Jepang, maka di saat-saat akhir jelang penutupan Biennale Jogja tahun 2019 ini, ia juga membuat semacam kuis bagi masyarakat umum. Langkah-langkah dalam mengikuti quis tersebut telah diumumkan Jun Kitazawa dalam akun Instagramnya sebagaimana terpaparkan di bawah ini.
Demikianlah angkringan-angkringan di berbagai lokasi, baik yang digear di Jogja, Di Tokyo-Jepang, dan kembali di Yogyakarta lagi. Ia tetap bakal bisa mengadopsi berbagai memori dari Tokyo, sebagai upaya untuk menghadirkan rasa asing pada kehidupan sehari-hari di Yogyakarta. Pun sebaliknya.
Di beberapa jalanan pada kedua negara Asia ini, “NOWHERE OASIS” menciptakan, mencari, dan berpindah-pindah di antara tempat-tempat yang terhubung dengan konteks kedua kota, namun sekaligus ia tidak terpaut pada keduanya. Dengan begitu, proyek ini menciptakan sebuah oasis yang tidak ada di mana pun (nowhere), tetapi juga berada di sini (now here). []