Penundaan waktu dilaksanakannya “ARTJOG MMXX | time (to) wonder” tahun 2020 yang digeser ke tahun 2021 itu antara lain disebabkan oleh munculnya beberapa masalah akibat pageblug Corona, yang di antaranya adalah terdapatnya krisis layanan kesehatan nasional, situasi pasar yang masih belum menentu, hingga sulit diprediksikannya waktu; akan berakhir hingga kapan dan berapa bulan ke depan pageblug ini menghinggapi kita?
HPM (Heri Pemad Manajemen) yang merupakan pihak penyelenggara ARTJOG pada akhirnya memutuskan untuk menggeser waktu penyelenggaraan ARTJOG edisi tahun 2020 (MMXX) yang bertajuk time (to) wonder ini menuju ke tahun 2021, di mana seiring penundaan pun penjadwalan-ulang helatan tersebut sekaligusmenjadi waktu dicanangkannya ‘edisi tanggap darurat‘ yang memiliki tujuan sebagai langkah dalam merespon situasi yang melanda Indonesia dewasa ini.
“Ini sebuah keputusan yang harus kami ambil dengan berat hati di masa yang sulit,” demikian dikatakan CEO HPM, Heri Pemad.
Heri Pemad yang juga sebagai sosok Direktur Eksekutif ARTJOG memaparkan bahwa semua orang mengakui meskipun ARTJOG telah belasan tahun menjadi kegiatan seni rupa, namun setiap tahunnya pasti selalu ditunggu-tunggu oleh khalayak seni rupa nasional maupun internasional. Karena itu, sejak tanggal 23 Agustus 2019 silam, yaitu seiring dengan hari penutupan ARTJOG edisi tahun 2019, segenap tim HPM dan para kurator juga telah mencurahkan tenaga dan pikiran guna mempersiapkan penyelenggaraan festival tahun 2020 ini. Akan tetapi situasi berkehendak lain, bahwa di berbagai sektor, baik menyangkut sisi sosial, sisi ekonomi, sisi politik, juga sisi budaya, semuanya telah memaksa kita untuk menunda rencana.
Seiring dengan penjadwalan ulang ARTJOG MMXX | time (to) wonder ini, Heri Pemad pun tak segan untuk menyampaikan permintaan maafnya kepada semua kalangan.
“Untuk itu kami meminta maaf kepada segenap khalayak pendukung ARTJOG, juga kepada para seniman yang telah kami undang untuk berpartisipasi pada festival tahun ini,” Heri Pemad mengimbuhkan.
Bertempat di area Jogja National Museum pada tanggal 28 Februari 2020 silam, tepatnya dalam acara sosialisasi ARTJOG tahun 2020, pihak ARTJOG sejatinya juga telah meluncurkan tema edisi festival tahun ini, yaitu “time (to) wonder”. Pada kesempatan itu, Agung -Jennong- Hujatnika yang menjadi salah satu kurator ARTJOG menjelaskan kembali tentang gagasan ARTJOG Arts in Common ini menjadi sebuah rangkaian festival yang, “…masing-masing berfokus pada ihwal ‘ruang’, ‘waktu’ dan ‘kesadaran’ untuk tiga edisi penyelenggaraan setiap tahunnya (2019 hingga 2021). Tiga edisi festival tersebut pada dasarnya dinaungi satu tema besar, yaitu ‘Arts in Common’, dan mengusung sub-tema tahunan yang saling melengkapi satu sama lain.”
Pada penyelenggaraannya tahun 2019 silam, ARTJOG MMXIX common | space telah sukses mempersembahkan pameran dan program-program publik dengan menyedot perhatian khalayak. Edisi tahun 2020 itu pada akhirnya juga sukses mencatatkan rekor kunjungan tertinggi sepanjang sejarah ARTJOG, yaitu bahwa dalam waktu 30 hari, terdapat sebanyak 101.500 pengunjung yang mengunjungi ARTJOG tahun 2019, baik itu yang berasal dari Indonesia maupun dari mancanegara.
“Sebagian besar karya dalam pameran common | space mempersoalkan krisis ekologi yang disebabkan oleh dominasi manusia atas habitat alam dan makhluk hidup lainnya. Sementara dengan time (to) wonder kami ingin mengajak para seniman dan khalayak untuk memaknai ‘waktu’ sebagai pokok-soal filosofis yang ada dalam sepanjang sejarah kebudayaan manusia. Tema ini saya harapkan bisa memancing perenungan mendalam tentang bagaimana selama ini manusia memaknai masa lalu, hari ini dan masa depan,” papar Agung ‘jennong’ Hujatnika.
Sejak awal, ARTJOG Arts in Common memang digagas sebagai perhelatan yang merespon persoalan-persoalan yang kontekstual dengan jamannya. Namun seiring dengan peristiwa pageblug kali ini, tim kurator ARTJOG merasa bahwa situasi krisis yang tengah dihadapi segenap warga dunia hari-hari ini justru bisa dijadikan sebagai momentum besar bagi segenap praktisi kesenian, untuk sejenak mengambil jeda dan kemudian berpikir secara lebih jernih, kritis dan reflektif, utamanya perihal pola-pola rutin yang selama ini telah berjalan. Hal semacam ini diungkapkan pula oleh salah satu pendiri ARTJOG yang sekaligus sebagai sosok kurator ternama, Bambang ‘Toko’ Witjaksono.
“Memang, penjadwalan ulang pada awalnya disebabkan oleh hambatan-hambatan teknis. Tapi kami juga berpikir lebih jauh, bagaimana krisis ini justru dapat mendorong kita untuk bertindak secara lebih kreatif, untuk menggagas hal-hal baru di luar kebiasaan,” ujar Bambang ‘Toko’ Witjaksono
Sedangkan Ignatia Nilu yang masih sebagai salah satu tim kurator ARTJOG ini juga menuturkan, bahwa meski penundaan dan penggeseran waktu ini menjadi keputusan yang didorong oleh force majeur alias keadaan memaksa, namun penundaan ini malah secara tidak sengaja ‘menegaskan’ misi kuratorial yang dimaksud dalam tema time (to) wonder tahun 2020 ini. Artinya, besar kemungkinan krisis ini sebagai cara alam dalam memberikan ‘waktu’ bagi kita untuk bertanya, merenung, dan berpikir ulang.
“Mungkin krisis ini justru memberikan ‘waktu’ kepada kita semua untuk bertanya-tanya, berpikir dan merenung kembali. Misalnya tentang: apa yang bisa kita sumbangkan kepada dunia dalam situasi hari-hari ini?,” Ignatia Nilu mengungkapkan.
Meski terjadi penggeseran waktu dan penjadwalan ulang hingga tahun 2021, akan tetapi tak ada perubahan terkait formasi dari ARTJOG MMXX | time (to) wonder. Ditya Sariastuti selaku Wakil CEO HPM menuturkan bahwa hampir semua seniman yang diundang sejak awal tahun 2020 ini telah memberikan konfirmasi untuk turut berpartisipasi. Terkait dengan penggeseran dan perubahan waktu inipun pada beberapa waktu silam juga telah dilakukan pengiriman surat kembali kepada mereka, yaitu tentang pemberitahuan penjadwalan ulang ini.
“Kami juga menegaskan bahwa mereka masih akan tetap terlibat dalam pameran tahun depan, kecuali jika memang ada yang tiba-tiba mengundurkan diri karena alasan tertentu. ARTJOG tahun depan juga masih akan berlangsung di Jogja National Museum,” Ditya Sariastuti memaparkan.
Pada helatannya di tahun 2021 yang akan datang, ARTJOG juga masih akan berusaha mempertahankan beberapa program andalan. Misalnya seperti Special Presentation, Young Artists Awards, Daily Performance, LeksiKon, Meet the Artists, dan beberapa yang lainnya. Kecuali hal tersebut, pihak penyelenggara juga masih selalu mengupayakan beberapa program baru yang diharapkan dapat menjadi kejutan kepada khalayak.
Pageblug global Covid-19 yang mengakibatkan terjadinya krisis pelayanan kesehatan nasional pada akhirnya menjadi pendorong bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil sejumlah kebijakan guna membatasi ruang gerak para pekerja, termasuk para pekerja kreatif, yang di dalamnya terdapat pula para perupa dan penyelenggara pameran.
Krisis akibat pandemi Corona ini jelas memukul telak berbagai sisi kehidupan, tak terkecuali sisi ekonomi seni rupa yang selama ini bertumpu pada penyelenggaraan pameran sebagai jalur distribusi produk-produknya. Namun, meski terhitung sebagai salah satu pihak terimbas secara signifikan oleh krisis, ARTJOG secara sadar sangat mendukung sepenuhnya kebijakan yang diambil oleh pemerintah guna memberlakukan berbagai aturan pun larangannya yang diberlakukan selama masa tanggap darurat nasional ini.
Hanya saja di sisi lain, ARTJOG juga masih sangat meyakini, bahwa para perupa adalah kelompok sosial yang tidak pernah mengenal kata menyerah di tengah berbagai situasi dan suasana, termasuk dalam menghadapi krisis sekalipun. Hal itu telah dibuktikan dengan sejarah, bahwa bagaimanapun karya-karya seni besar justru dapat lahir di tengah berbagai situasi krisis kemanusiaan yang pelik.
Merujuk pada alasan seperti itu, maka manajemen HPM dan tim kurator ARTJOG juga tak lantas angkat tangan dan menyerah begitu saja. Mereka masih sangat bersemangat melakukan penggodokan ide serta gagasan baru guna menghelat sebuah kegiatan khusus, yang agendanya tetap akan dilangsungkan pada tahun 2020 ini. Tujuannya tak lain adalah guna menggambarkan bagaimana kreativitas para seniman tidak serta-merta mati dihantam krisis. Selanjutnya mengenai rincian program ARTJOG edisi khusus ini juga bakal segera diluncurkan ketika keputusan juga telah digaungkan, diupayakan tak akan lama menjelang.
Akhir kata, krisis ini tidak selamanya bakal melahirkan pesimisme dan suasana muram-durja belaka, sebaliknya, akan selalu ada secercah cahaya di tengah kegelapan. Karenanya, ARTJOG memiliki kehendak untuk menyeru kepada semua: Mari Terus Bekerja dan Berdoa, Untuk Indonesia dan Dunia yang Lebih Baik! []
Catatan Artwork Caption:
Bubu Waktu by Sunaryo (2019) -site specific installation with bamboo, natural fibers, recycled papers, video projection and sound variable dimensions