ARTJOG edisi tahun 2022 kali ini diselenggarakan dengan mengusung tema Expanding Awareness, ialah tema yang merupakan muara dari rangkaian ARTJOG arts-in-common yang diselenggarakan sejak 2019 dalam triplet tematik ‘ruang’ ‘waktu’ dan ‘kesadaran’. Bahwa dari tema Expanding Awareness, maka dapat dimakna sebuah gagasan mengenai perluasan kesadaran sebagai jalan masuk, tidak hanya untuk melakukan refleksi pada hal-hal yang terjadi dan kondisi aktual hari ini, akan tetapi juga memahami apa-apa yang belum terjadi dan masih perlu diupayakan di masa depan.
Seiring jelang diselenggarakannya helatan seni rupa kontemporer terbesar di Indonesia tersebut, maka pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2022 yang lalu telah dilaksanakan acara jumpa media yang bertempat di area Barley and Barrel Beer Garden – Artotel Suites Bianti Yogyakarta.
Hadir sebagai narasumber antara lain adalah Heri Pemad, Agung ‘Jenong’ Hujatnika, Gading Paksi, dan seniman komisi ARTJOG MMXXII; Christine Ay Tjoe. Di samping itu, ada pula beberapa seniman partisipan, seperti dari Jogja Disability Arts serta Komunitas Ba(WA)yang/ Keduanya turut menceritakan tentang karya yang akan dipamerkan di ARTJOG tahun ini. Terdapat pula perwakilan dari pemangku kepentingan, yaitu pejabat dari Dinas Kebudayaan Provinsi DIY dan Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur mewakili Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dapat diketahui bahwa dalam sebuah festival sebagaimana pelaksanaan ARTJOG ini, kesenian dapat menjadi antarmuka untuk percakapan dan pertukaran pengetahuan, sekaligus instrumen yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Karya-karya yang dipamerkan dan rancangan program-programnya kali ini mengusung semangat menemukan sensibilitas kesadaran hidup bersama secara adil dan setara, tidak hanya di antara sesama manusia, tapi juga seisi alam. Pandemi telah menunjukkan secara lebih jelas kepada kita betapa tatanan dunia selama ini dipenuhi ketimpangan dan ketidak-seimbangan yang digerakkan secara dominan oleh elitisime dan eksklusivisme dan cenderung menyisihkan dan menindas. Berkaca pada pengalaman itu pula, ini adalah momen tepat untuk bergerak membuka sekat-sekat yang sudah terlalu lama mengurung praktik kesenian ke dalam klasifikasi-klasifikasi dan hirarki.
Tahun ini, ARTJOG hendak berupaya mendorong perluasan kesadaran tentang inklusivitas. Semangat ini juga diwujudkan dalam rancangan festival dari perumusan konsep, pemilihan seniman, fasilitas ruang pamer dan infrastruktur fisik, hingga pelaksanaan program-programnya. Selama masa persiapan, tim kurator ARTJOG dan segenap staff program banyak menimba pengalaman dan pengetahuan dari para penggerak inklusivitas di Yogyakarta, termasuk dengan kelompok JDA (Jogja Disability Arts) dan Sanggar Seni Komunitas Tuli Ba(WA)yang. Melalui sejumlah pertemuan dan lokakarya, mereka memberi masukan yang berharga pada rancangan pelaksanaan pameran harian hingga soal bagaimana seharunya berinteraksi dengan para pengunjung. ARTJOG ingin membangun kesadaran bersama melalui interaksi yang didasarkan pada penghargaan atas kehadiran dan kesetaraan.
Hal di atas senada dengan yang dikatakan oleh ST Sunardi pada saat menjadi narasumber dalam acara sosialisasi dan diskusi tema “Expanding Awareness” di bulan Februari 2022 yang lalu. Bahwa kesadaran yang dimaksud dalam arts-in-common ini bukanlah jenis kesadaran yang kontemplatif, melainkan kesadaran yang bersifat kritis-interaktif. Kesadaran ini hampir selalu melibatkan liyan yang coba diajak mengambil keputusan.
Kecuali dibuka ruang bagi kaum disabilitas, inklusivitas dalam ARTJOG MMXXII juga mencakup upaya untuk melibatkan anak-anak tidak hanya sebagai pengunjung festival, tapi juga partisipan pameran.
Melalui mekanisme open-call tim kurator telah menyeleksi sebanyak 14 seniman anak dan remaja yang akan menampilkan karyanya bersama seniman-seniman muda maupun profesional. Selain itu, terdapat pula karya interaktif yang diperuntukkan bagi anak-anak. Harapannya, interaksi mengenai ruang seni bersama dapat dialami sejak dini. Hal ini senada persis sebagaimana yang diungkapkan oleh Agung Hujatnikajennong selaku salah satu tim kuratorial ARTJOG MMXXII. Bahwa selain program-program edukasi dan lokakarya yang memprioritaskan keterlibatan komunitas difabel, maka untuk pertama kalinya di tahun 2022 kali ini diampu pula ARTJOG KIDS sebagai program yang didedikasikan bagi interaksi dengan pengunjung anak-anak.
“Sekali lagi, semua ini hanyalah suatu rintisan untuk menjadi inklusif yang tentu saja perlu terus disempurnakan dalam edisi-edisi ARTJOG selanjutnya,” tutur Agung Jenong.
Dalam helatan ARTJOG tahun 2022 kali ini, dihadirkan seniman asal Bandung Christine Ay Tjoe yang menggarap sebuah instalasi sebagai proyek komisi khusus guna merespon tema ARTJOG MMXXII: Arts in Common – Expanding Awareness.
Sebagai informasi, bahwa selama duapuluh tahun terakhir, Ay Tjoe merupakan sosok seniman yang dikenal melalui karya-karya dengan memberi perhatian pada kompleksitas hidup manusia. Maka kali inipun ia menghadirkan sebuah karya interaktif yang terinspirasi dari wujud Tardigrada, ialah hewan air mikroskopis yang mampu menangguhkan metabolismenya ketika situasi lingkungan tidak memungkinkan untuk hidup. Karya yang menggambarkan penghargaan terhadap daya hidup atau resiliensi ini dirancang sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat menyentuh, meraba bahkan memeluknya.
Seperti edisi-edisi sebelumnya, ARTJOG menyajikan karya-karya dengan beragam medium. Para partisipan pameran terdiri 61 seniman individu maupun kelompok dari lintas generasi. Beberapa dari para seniman tersebut antara lain dalah Dolorosa Sinaga, Nunung WS, I Made Bayak, Iwan Yusuf, Nano Warsono (berkolaborasi dengan Jogja Disability Arts), Komunitas Ba(WA)yang, Angki Purbandono dan Alex Abbad, Jay Subyakto, Asha Darra Lawalata, Ivan Sagita, dan masih banyak lagi.
Masih dalam helatan ARTJOG tahun 2022, di samping sajian karya oleh para seniman, bagi pengunjung anak-anak juga dapat menikmati karya interaktif dari Tempa.
ARTJOG MMXXII akan dibarengi beberapa program pendamping yang tetap khas, di antaranya adalah Weekly Performance, Young Artists Award, Exhibition Tour, Meet the Artist dan Workshop.
Selain itu, kegiatan rutin Jogja Art Weeks dan ARTCARE juga kembali diselenggarakan. Setiap pekannya bakal dilangsungkan kegiatan-kegiatan yang beragam, seperti Exhibition Tour (setiap Senin dan Selasa), Meet the Artist (setiap Kamis dan Jumat), dan program Weekly Performance yang akan hadir setiap akhir pekan dengan penampilan berbagai seni pertunjukan.
Jogja Art Weeks lahir dari keinginan untuk mensinergikan semangat ruang-ruang seni yang berada di kota Yogyakarta dan wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga, bagi siapa saja yang ingin mempromosikan dan mempublikasikan kegiatan seni yang berlangsung bersamaan dengan ARTJOG dapat memaksimalkan platform ini.
ARTCARE merupakan sebuah gerakan sosial berbasis komunitas yang menjadi wadah kepedulian antar-sesama. Pertama kali diadakan di tahun 2006, Artcare kembali hadir tahun 2020 dengan semangat membantu sesama terutama kelompok seniman terdampak pandemi Covid-19. Sebuah wadah penjualan karya seni untuk kemanusian, di mana hasilnya akan didonasikan pada pihak yang membutuhkan.
Mengenai jadwal rinci sekaligus informasi dan keterangan lebih lanjut, ia bisa didapatkan melalui website www.artjog.id dan/atau semua kanal media sosial ARTJOG. []