Festival ini adalah sebentuk apresiasi tertinggi terhadap potensi lokal yang dimiliki masyarakat Indonesia, juga sebagai sebuah momen yang tak terlupakan di mana sajian musik terbaik akan berpadu secara utuh bersama kekayaan alam sekitar, dan juga beragam potensi lokal yang dimiliki oleh masyarakatnya.
Inisiator dan Direktur Balkonjazz Festival, Bakkar Wibowo dari Sinergi Nusantara menuturkan bahwa Balkonjazz Festival 2019 setidaknya akan diramaikan oleh sekira 5.000 penonton yang berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta pada khususnya. Kata Bakkar, antusias dari masyarakat begitu besar untuk bisa terlibat secara langsung menyaksikan beragam potensi lokal yang dimiliki daerah ini. Apalagi festival ini pun disuguhkan secara gratis kepada masyarakat.
“Semua persiapan untuk Balkonjazz besok berjalan cukup baik, dan saya tidak menyangka antusias masyarakat untuk gelaran ini lebih besar dari apa yang kami perkirakan sebelumnya. Bagi kami, Balkonjazz itu ibarat sebuah Balkon, di mana seperti yang kita ketahui bahwa Balkon secara filosofis sebagai tempat bagi seseorang untuk menunjukan sesuatu yang ia miliki. Dan besok adalah kesempatan bagi masyarakat seputaran Balkondes untuk menunjukan potensinya kepada masyarakat luas lewat Balkonjazz,” ungkap Bakkar.
Lanjut Bakkar, Balkonjazz Festival sendiri diharapkan oleh pihaknya bisa menjadi sebuah gelaran tahunan yang ada di tengah masyarakat, sekaligus sebagai momen di mana potensi lokal bisa terangkat ke ranah yang lebih luas. Dengan begitu, ekonomi dari warga di seputaran tempat diselenggarakannya Balkonjazz diharapkan bisa lebih bertumbuh dan berkembang.
“Banyak festival musik yang digelar di Indonesia, namun Balkonjazz Festival memiliki perbedaan di mana gelaran ini ditujukan untuk mempromosikan ekonomi lokal, terutama bagi daerah- daerah di sekitaran destinasi wisata. Artis penampil akan menjadi influencer bagi potensi ekonomi lokal. Kami pun berharap festival ini pun bisa dibawa ke daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi-potensi yang mesti diangkat di dalam masyarakatnya,” paparnya.
Sementara itu Direktur PT Manajemen CBT Nusantara, Jatmika Budi Santoso selaku pengelola dari Balkondes menjelaskan, selain gelaran musik yang akan menampilkan Yura Yunita, Rio Febrian, Payung Teduh, Dialog Dini Hari, Langit Sore, Tashoora, Nostress dan Frau, dalam Balkonjazz Festival tahun 2019 ini pun akan ada sesuatu hal bernama Pasar Balkon. Pasar Balkon sendiri merupakan ajang di mana masyarakat-masyarakat yang hidup di sekitaran Balkondes akan menunjukan potensi yang mereka miliki terhadap khalayak luas.
“Misalnya seperti produk pertanian masyarakat, produk makanan lokal, kerajinan tangan dan masih banyak lagi akan ada di Pasar Balkon. Seluruh tenant yang kami sediakan di Pasar Balkon sudah penuh semua. Masyarakat bisa berinteraksi secara langsung tentang apa yang mereka miliki kepada pengunjung di Balkonjazz. Semoga ini akan menjadi awal yang baik di mana ekonomi masyarakat lokal bisa lebih terangkat dan terus bertumbuh,” jelas Jatmika.
Creative Director Balkonjazz Festival tahun 2019, Ari Wulu menambahkan, dalam gelaran Balkonjazz Festival di tahun ini pihaknya mencoba merespon sesuatu yang selama ini dipegang erat oleh Balkondes dan juga hal-hal yang kerap dilakukan masyarakat di kehidupan kesehariannya ke dalam sebuah bentuk artistik. Selama ini Balkondes berdiri dengan maksud untuk lebih menyejahterakan warga yang berada di sekitar Kecamatan Borobudur, dengan cara mengembangkan potensi-potensi yang sudah ada.
“Di sini Balkondes lantas tidak hanya memberikan modal dalam bentuk materi, namun yang memberikan pengetahuan kepada masyarakatnya untuk mengembangkan kemampuan dan sesuatu yang sudah ada. Maka dari itu, di sini kami secara garis besar memiliki konsep artistik upcycle, di mana kami merespon apa yang sudah ada dan diwujudkan ke dalam sebuah bentuk yang memiliki nilai tambah. Misal contohnya seperti kotak-kotak kayu yang kami susun menjadi sebuah gerbang. Atau contoh lainnya adalah aktivitas warga saat menjemur pakaiannya dengan menggunakan tali dan tiang. Di situ kami terinspirasi, dan coba kami aplikasikan ke dalam tata artistik yang akan ada di panggung Balkonjazz Festival,” Demikian Ishari Sahida atau akrab dipanggil Ari Wulu menutup penuturannya.
Selain tiga sosok narasumber di atas, hadir pula Edy Setijono selaku Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC). Edy menuturkan kesepakatannya perihal tujuan adanya Balkonjazz yang sejalan dengan misi yang diembannya, yaitu sebagaimana telah dipaparkan oleh Bakkar Wibowo pada sessi jumpa pers tersebut. Bahwa Bakkar Wibowo menyebutkan perihal konsep dari Balkonjazz yang justru membalikkan keadaan yang biasanya ada; ketika biasanya artis menjadi tujuan utama, maka di Balkonjazz ini artis lebih ditempatkan sebagai ‘influencer‘ guna menjadi daya tarik masyarakat untuk datang dan kemudian “menonton” desa serta mengapresiasi segala potensinya.
Lebih lanjut pada sessi pertanyaan, Bakkar Wibowo juga menjawab pernyataan tentang nama “BALKONJAZZ“ yang di sana terpantik kata ‘Jazz’ namun justru musisi yang dihadirkan tak ada yang nge-jazz. Jawaban Bakkar atas pertanyaan itu adalah, bahwa nama itu sekadar nama yang diambil bersama masyarakat lokal di sana. Yang pasti masyarakat menghendaki harus ada padanan rima dengan BALKONDES, maka diambillah nama itu, sehingga sama sekali jazz di sini bukan sebagai acuan bahwa ini adalah festival musik jazz, sama sekali bukan. Maka, di sinilah yang dinamakannya Balkonjazz ini lebih pada paya untuk mendorong terselenggaranya perayaan kegembiraan dari masyarakat pedesaan itu.
Dan terkait dengan kondisi itu pula Bakkar memaparkan justru ia kali ini lebih menarik nama-nama artis pun musisi yang kelasnya tetap ‘Indie’ meskipun di antara yang dihadirkan telah memiliki nama. []