Diskusi Sastra Nasional di PKKH UGM Yogyakarta – Diskusi Sastra Nasional Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri kembali hadir, sekaligus menjadi edisi perdana di tahun 2018. Edisi 2017 kita telah berjumpa dengan begitu banyak cerpen menarik. Tahun ini, puisi-puisi dari penyair kebangaan tanah air akan bertemu dengan penggemarnya di lingkungan civitas akademika UGM.
Masih meneruskan format acara yang telah bergulir, maka kali ini karya Halim Bahriz (yang pada edisi terakhir 2017 menjadi pembahas) akan diulas oleh M. Aan Mansyur dan Damay Rahmawati.
Senang sekali rasanya bila Anda turut hadir dan berpartisipasi dalam forum diskusi sastra ini. Sengaja kami unggah jauh-jauh hari, agar Anda bisa mencuri waktu dan menyempatkan menonton. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum. Sampai bertemu nanti di hari Kamis, 15 Februari 2018 Pukul18.30 di Hall PKKH.
Berikut adalah salah satu puisi karya Halim Bahriz;
pada lajur kabel itu kini tak ada burung-burung bertengger. cuma rangka layang-layang. yang nyangkut sejak kemarau tahun lalu. sedikit saja ia bergoyang. kalau angin kebetulan datang. mirip lambaian yang kehabisan tenaga. bocah yang dulu adalah pemiliknya juga sudah lama tak meliriknya lagi. dan tahun ini hampir seluruhnya jadi jatah bagi penghujan. tiada mata sesiapa, barang sesaat, yang didapatnya. bahkan dengan sebab di luar sengaja. tak ada satu tatapan pun yang sempat menengadah tepat kepadanya. kecuali mataku. yang sepanjang tahun nyaris enggan mengalihkan pusat perhatian darinya. aku tidak tahu. apakah ia juga memperhatikan aku. sejak terjebak di situ. wajah layang-layang itu terlihat selalu menunduk.
namun aku terus awas menatapnya. ketika angin datang dari arahnya. atau. ketika angin berlalu dari arahku. ketika bocah-bocah berangkat sekolah. atau. ketika bocah-bocah pulang sekolah. atau. ketika seolah-olah tak ada yang berubah. atau bergerak di sekitar kami. aku selalu berupaya melimpahkan securah. sorot mata kepadanya. sebagaimana cara matahari menatap urat-urat daun dan rambut manusia. meskipun terkadang gagal. sebab. di saat-saat tertentu. aku ingin berpejam untuk sekadar jadi bagian dari diriku sendiri. jarak kami memang tak jauh. hanya terpaut beberapa meter. aku di lajur kabel PLN. ia di lajur kabel telkom. aku mampu melupakan kesepianku. tapi tak pernah sanggup menemani kesepiannya.
(2016)
Selengkapnya sila membaca puisi-puisi Halim yang telah diunggah juga di notes Facebook PKKH UGM di link ini