Erasmus Huis Dance Event setelah digelar di Jakarta pada 24 Agustus 2019, selanjutnya pada akhir bulan Agustus, tepatnya pada 31 Agustus acara serupa juga digelar di Yogyakarta, yaitu dengan menghadirkan DJ Thomas Newson yang berasal dari negeri Belanda, serta DJ Innerligh dan DJ Dino sebagai kolaborator lokal Jogjakarta. Selain tiga sosok DJ, guna mendukung penampilan dan pertunjukannya, masih akan dihadirkan pula kolaborator lain yaitu dari kawan-kawa JVMP a.k.a Jogjakarta Video Mapping Project.
Erasmus Huis Dance Event digelar dengan latar belakang bahwa DJ, Produser, penyelenggara, dan label musik dari negeri kincir angin tersebut telah diakui kontribusinya dalam populerisme dan perkembangan dance-music di seluruh dunia. Belanda merupakan negara yang telah berhasil menjadi pencetus electronic dance music, dance culture, dan beragam konsep festival lainnya. Keberadaan insan dance-music dari Belanda ini bisa dibuktikan dengan keberadaan sekaligus peran serta eksistensi para DJ dunia yang berasal dari negara tersebut, di antaranya adalah DJ Tiësto, Armin van Buuren, Afrojack, Hardwell, Martin Garrix, serta Yellow Claw. Belum lagi tak sedikit DJ baru yang juga turut diundang pada helatan EHDE ini di Jakarta.
Selain mengahdirkan para DJ, saat Erasmus Huis Dance Event di Jalarta turut diundang pula adalah Amsterdam Dance Event, Barong Family -yang merupakan lebel musik milik Yellow Claw, Young Gunz Music, dan Hype Festival. Mereka diundang antara lain guna memberikan materi dalam beberapa seminar sekaligus sebagai pembuka sesi demo musik bagi para produser musik generasi terkini di Indonesia.
Mengenai acara EHDE -Erasmus Huis Dance Event pada 31 Agustus 2019 di Jogjakarta, agendanya akan digelar mulai pukul 19:00 WIB dan akan berakhir sekira pukul 23:00 WIB dengan mengambil tempat di Piazza Open Theatre, lantai 8, Grand Mercure, Jalan Adisucipto, Yogyakarta.
Diundangnya DJ Thomas Newson dalam dance event di Jogjakarta ini alasannya karena ia merupakan DJ muda dari Belanda yang sedang naik daun. Sedangkan DJ Innerlight merupakan DJ lokal asal Jogja, yang dalam debutannya lebih dari 10 tahun silam cukup memukau, salah satunya adalah dalam ajang kompetisi DJ di Jakarta yang justru score yang ia peroleh mampu menyamai DJ Lawrence. Sementara Dino adalah DJ lokal yang saat ini juga sedang mulai moncer namanya di kalangan dance musik di kota gudek.
Sementara mengenai Jogjakarta dipilih sebagai rangkaian dari event EHDE ini salah satunya karena Jogja menjadi salah satu kota yang sangat hidup di Indonesia dengan para penggemar musik yang penuh semangat. Dengan begitu, kehadiran seni budaya dari Belanda yang dikolaborasi ini akan dapat menumbuhkan banyak pertemuan dan interaksi, sehingga bukan tidak mungkin akan memunculkan ide pun gagasan baru dalam berkesenian pun berbudaya.
Thomas Newson adalah DJ muda, yaitu yang terlahir pada tahun 1994 namun ia telah membuat debutan yang sangat menakjubkan di kalangan dance music. Dalam beberapa tahun terakhir, tepatnya berangkat dari debutnya pada tahun 2016 silam, ia telah menjadi “magnet” bagi kalangan pecinta dan pegiat musik, karena tak sedikit orang yang telah menikmati karya-karyanya akan menjadi tercengang dan selanjutnya bersorak-sorai menyambutnya.
Hal dan dukungan positif pada akhirnya mampu ia peroleh dari berbagai kalangan, di antaranya mengalir dari para musisi serupa. Ada support yang datang dari Hardwell, Avicii, DJ Tiësto, Sunnery James & Ryan Marciano dan juga tak ketinggalan dukungan dari Afrojack.
Sementara “DJ Innerlight” adalah pemilik nama ‘Edhie Triana’ yang merupakan lulusan Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Dengan karya yang unik dan berbeda, ia berhasil membikin sensasi musik berbeda pada ajang kompetisi DJ Heineken Thirst Studio tahun 2006. Dan karena karya yang unik dan berbeda itu jualah, ia berhasil menjadi pemenang kompetisi yang sejatinya harus melalui proses ‘voting’ dari para audience akibat penilaian dari para Juri yang memberikan total score sama dengan DJ Lawrence, yaitu di posisi angka sama-sama 62.
Keunikan dan perbedaan yang disajikan oleh DJ Innerlight saat dalam kompetisi itu antara lain adalah persembahan musik trance (kombinasi antara musik house dan techno) yang kemudian dicampur lagi dengan musik-musik lokal, dan selanjutnya secara mendadak, di tengah beat musik yang cepat dan memekakkan telinga, dimunculkan pula suara seruling bambu yang syahdu. Bukan itu saja, di kesempatan berbeda, selepas memperdengarkan gitar thunder-nya, tiba-tiba ia juga memasukkan nada khas gamelan Jawa, di mana bersamaan dengan itu nampak pula gambar wayang di layar.
Innerlight memulai album trance pertamanya yang dirilis tahun 2004 dengan tajuk “Take Me to the Blue Sky”. Kini iapun telah melanglang ke berbagai tempat dance scene, tak etrhitung kolaborasi yang telah ia lakukan di berbagai ajang tersebut. Di antara kolaborasi yang pernah ia lakukan adalah bersama Solar Stone, Siklas Harding, dan Scot Bond.
Dino merupakan sosok yang menemukan aliran musik house dan disko ketika ia masih bertempat-tinggal di Borneo, alias Kalimantan. Selanjutnya saat memutuskan untuk hijrah di Jogjakarta, ia justru lebih cenderung menikmati music funk dan house groove. Tahun 2016, iapun berkesempatan dalam satu panggung bersama beberapa DJ papan atas di kota gudek ini. Di antaranya adalah Ones, Noor, Wachid in ‘480 Minutes’ & ‘Energy Room’ sebagai pemain pembuka. Setelah itupun ia mulai melanglang di berbagai ajang, antara lain menuju kota Malang, Jakarta, Surabaya, juga Bali.
JVMP merupakan project komunitas video mapping yang diawali sekira tahun 2013, tepatnya pada helatan FKY yang saat itu masih sebagai akronim dari Festival Kesenian Yogyakarta dan baru berubah menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta tahun 2019. Dengan menunjukkan karya-karya yang ciamik selama beberapa tahun, pada helatan FKY ke-30, yaitu tahun 2018 silam, JVMP sudah tak lagi ada di dalam payung program FKY. Hanya saja saat helatan FKY ke-30 tahun 2018 tersebut, ia tetap hadir sebagai kolaborator dan mulai menamakan diri sebagai JVMF dalam menyajikan karya-karyanya di seputar area Malioboro Jogjakarta. JVMF sendiri waktu itu digunakan sebagai singkatan dari nama Jogjakarta Vide Mapping Festival.
Tahun 2019 komunitas JVMP yang di dalamnya penuh orang-orang bertalenta ini resmi mengadakan festival tersendiri, yaitu bernama SUMONAR. Gelaran Sumonar selama beberapa hari ini cukup membuat ratusan orang terpukau. bahkan helatan yang berada di kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta, tepatnya di gedung Museum Bank Indonesia dan gedung Kantor Pos Besar ini mampu membuat macet traffic kendaraan yang melaju. Pasalnya, selain dipenuhi para penonton, para pengendara yang melalui area tersebut pun ebrjalan pelan untuk mencuri kesempatan menikmati persembahan dari festival video mapping yang diklaim pertama di Indonesia tersebut.
Demikian perihal para penamil sebagai kolaborator di Erasmus Huis Dance Event (EHDE) Jogjakarta. Mengenai acara musik dan dansa ini tersaji benar-benar bersifat gratis. Peruntukannya juga bagi semua kalangan; tua muda, kecil besar, pria wanita, dan apapun latar-belakangnya. Untuk selengkapnya mengenai pendaftaran pada acara yang agendanya digelar di Piazza Open Theatre, lantai 8, Grand Mercure Yogyakarta ini silakan bisa disimak di laman-situs www.ehde.nl. []