Tingalan Jumenengan Dalem secara tradisional terdiri atas rangkaian beberapa kegiatan. Di antaranya adalah Ngebluk, Ngapem, Sugengan, dan Labuhan. Dan secara perhitungan, khususnya dalam Kalender Jawa, tahun 2020 ini Sri Sultan Hamengku Buwono X genap bertakhta selama 32 tahun pada tanggal 29 Rejeb Tahun Wawu 1953 atau bertepatan dengan 24 Maret 2020.
2020 menjadi tahun yang sangat istimewa karena akan menjadi siklus windu ke-4 peringatan Tingalan Jumenengan Dalem. Sehingga perhitungan hari dan tahun peringatan akan tepat terjadi pada Hari Selasa Wage pada Tahun Wawu. Peristiwa ini disebut juga dengan istilah Tumbuk Ageng.
Hal terkait Tingalan Jumenengan Dalem tersebut sebagaimana dipaparkan oleh GKR Bendara serta GKR Hayu saat mengundang rekan media dalam acara jumpa pers yang dilangsungkan di Pendopo Royal Ambarukmo Yogyakarta pada hari Sabtu 15 Februari 2020.
Diinformaiskan pula bahwa kecuali kegiatan rutin yang bersifat tradisional, setiap tangggal 7 Maret juga digelar beberapa kegiatan peringatan penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X berdasarkan perhitungan Kalender Masehi. Pada tahun 2020, Sri Sultan Hamengku Buwono X genap bertakhta selama 31 tahun. Keraton Yogyakarta akan menggelar berbagai kegiatan selama bulan Maret 2020, antara lain:
Seiring dengan acara Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X yang agendanya digelar di komplek Kraton Yogyakarta tersebut, akan ada banyak persembahan yang disuguhkan bagi masyarakat luas. Lebih lengkapnya adalah sebagaimana terpaparkan di bawah ini.
Selain kegiatan Hajad Dalem yang telah berlangsung secara ratusan tahun lamanya, Keraton Yogyakarta juga menggelar kegiatan Simposium Internasional dan Pameran Budaya Jawa dalam rangka Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Setelah sukses menggelar Simposium dan Pameran Budaya budaya dalam rangka peringatan Tingalan Jumenengan Dalem 2019, Keraton Yogyakarta kembali menggelar agenda yang sama pada tahun 2020. Dengan mengusung tema “Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta”, kegiatan Simposium Internasional kali ini akan dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Maret 2020 di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta. Simposium akan dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. dan dibuka dengan menampilkan Beksan Lawung Ringgit, persembahan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta.
Agenda Simposium Internasional ini akan menghadirkan pembicara tamu dari dalam dan luar negeri. Selain itu juga terdapat pembicara dari call for paper terpilih yang diikuti oleh akademisi, peneliti atau peminat budaya Jawa dari segala penjuru nusantara dan mancanegara. Setelah dibuka selama satu bulan, telah dipilih 8 pembicara dari total 108 pendaftar. Berikut daftar pembicara dalam simposium:
Peserta simposium terbuka untuk umum tanpa harus mengirimkan paper terlebih dahulu. Akan dibuka total 500 tiket setiap hari dalam simposium tersebut. Sebanyak 100 tiket early bird dijual pada Jumat (14/) sejak pukul 00.00 hingga Senin (17/2) pukul 12.00 dengan skema khusus untuk tiket bundling selama dua hari sebesar Rp 250.000.
Selanjutnya, 400 tiket reguler akan dijual mulai Senin (17/2) pukul 13.00 hingga Selasa (10/3) pkl 08.00-sampai habis, dengan ketentuan berikut:
*Pelajar adalah mahasiswa aktif (hingga jenjang S2) yang dibuktikan dengan kartu pelajar/mahasiswa yang masih berlaku. Tiket yang sudah dibeli tidak dapat dibatalkan atau diubah. Data diri yang telah difinalisasi akan digunakan untuk penulisan tanda peserta dan sertifikat.
Segala informasi terkait dengan agenda Simposium Internasioal ini adapat disimak melalui official website: symposium.kratonjogja.id
Perkembangan motif di Yogyakarta justru tidak bersumber dari keraton. Setiap bangsawan membentuk pola kainnya sesuai dengan strata sosialnya guna membangun identitas. Fenomena ini lantas melahirkan pelbagai pola batik, yang justru banyak lahir dari Dalem-dalem Pangeran. Tidak hanya keraton, tetapi para pangeran yang mardika pada wilayaH kekuasaannya turut memberi warna pada peradaban busana di Yogyakarta. Bahkan, sifat busana yang begitu personal bagi pemakainya sehingga sukar untuk diwariskan. Dengan demikian, melalui busana makan cermin peradaban dari suatu pemerintahan dalam dikisahkan.
Narasi inilah yang menjadi motor dalam kegiatan pameran Mangayubagya Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan mengusung tema besar ‘Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta’ bertajuk “ABALAKUSWA”, serupa dengan tema simposium yang digelar.
1. Resepsi Pembukaan Pameran
Pada resepsi pembukaan pameran akan disajikan gelaran Wayang Wong Golek Menak Lakon “Jayengrana Jumeneng Nata” persembahan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta. Naskah pertunjukan pementasan ini berasal dari British Library yang bentuk digitalnya telah diserahkan kepada keraton tahun lalu. Pertunjukan akan dilaksanakan pada Sabtu, 7 Maret 2020, di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran. Selanjutnya, pameran akan berlangsung selama satu bulan hingga Minggu (5/4).
2. Diskusi Ilmiah Rangkaian Pameran
Diskusi ilmiah tematik menjadi salah satu ciri dari setiap penyelenggaraan pameran di Keraton Yogyakarta. Melalui diskusi ilmiah, pengunjung tidak terbatas memperolah ilmu dari keterangan koleksi pada label, tetapi mendapat wacana yang lebih luas terkait dengan wastra dan busana. Di samping itu, terdapat kegiatan loka karya berbusana adat sebagai ruang praktis bagi para pengunjung untuk belajar mengenakan pakaian adat Yogyakarta.
Guna menyemarakkan Tingalan Jumenengan Dalem yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan, akan dipentaskan beberapa karya tari adiluhung dari Keraton Yogyakarta, diantaranya:
Demikian beberapa jadwal dan rangkaian seiring digelarnya peringatan naik tahta alias ‘Tingalan Jumenengan Dalem’ Sri Sultan HB X yang kegiatannya berpusat di seputar Pagelaran Komplek Kraton Yogyakarta.