Mulai sekitar pukul 15.00 hingga pukul 17.00 WIB helatan pre-event FKY 2019 digelar dengan mempersembahkan kesenian jathilan dari kelompok Kudho Asmoro.
Janur-janur yang menjulang ke atas menuju langit sore itu menjadi pertanda, sementara bunyi musik gamelan mengiringi tarian. Tak lama berselang, para penari jathilan ada yang mulai mulai ndadi alias trance ataupun kerasukan. Gerak gemulai para penari jathilan dalam berjoget mengikuti alunan musik diiringi pula dengan sajian berbagai atraksi, baik melahap arang panas atau juga memakan berbagai bunga. Tak ketinggalan atraksi debus juga ditampilkan oleh salah satu penari yang mampu menahan cambukan yang dilakukan berulang. Tak pelak sajian dari kesenian jathilan itu mampu menarik para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang kemudian berkerumun mengelilingi panggung pertunjukan.
Ibu Muryani sebagai salah satu penonton yang berasal dari Wates –bagian barat Daerah Istimewa Yogyakartam turut bergembira dalam menyaksikan persembahan jathilan sebagai salah satu cara melestarikan budaya Jawa. Bahkan wanita tersebut juga menuturkan bahwa anak keduanya juga turut dalam melestarikan budaya tersebut di kampung halamannya, “Anak nomor dua saya juga ikut masuk menjadi anggota dalam kelompok jathilan di desa. Awalnya memang saya melarangnya, namun karena dia sudah kadung senang, ya saya lama-lama juga ikut senang dan bangga.”
Menurut pengakuan Ibu Muryani, saat ini apresiasi terhadap kesenian jathilan semakin tinggi. Hal ini ditengarai dengan adanya banyak variasi tarian, berbagai macam kostum, sekaligus beraneka arrangement musik yang disajikan. Hal ini menjadikan kesenian jathilan masih relevan untuk dipersembahkan di depan masyarakat modern. Karenanya, dengan menyaksikan dan melestarikan kesenian tradisional, itu artinya generasi muda masih sangat bisa menunjukkan identitas budayanya sendiri.
Sehubungan perhelatan FKY tahun 2019, ia akan diselenggarakan mulai tanggal 4 Juli, dan akan berakhir pada tanggal 21 Juli 2019, dengan mengambil tempat di seputar Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
FKY 2019 mengusung tema MULANIRA: ruang|ragam|interaksi, dimaknai sebagai ‘kembali ke asal mula: Apa yang sebelumnya ditetapkan, mengalami pergeseran yang menuntut kemampuan jawaban tiap generasi’.
“Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 ‘Mulanira’ berupaya menjadi peristiwa budaya guna menunjukkan semangat dan karakter keterbukaan, keramahan dan tepa selira.” jelas Paksi Raras Alit yang juga merupakan sosok Ketua Umum Festival Kebudayaan Yogyakarta tahun 2019.
Photo: Official dok FKY2019