Diskusi publik yang mengusung tajuk “Pahlawan Nasional dan Seni Rupa Tokoh Sejarah” dilangsungkan sebagai titik awal dari pameran Representasi #4: Pahlawan Nasional. Ialah pameran seni rupa yang diselenggarakan pada tanggal 10 November hingga 10 Desember 2021 dengan tempat di Pendhapa Art Space, Yogyakarta.
Sesuai dengan judul ‘Pahlawan Nasional dan Seni Rupa Tokoh Sejarah’, maka diskusi publik kali inipun membahas perihal persoalan seputar wacana kepahlawanan, khususnya mengenai apa-siapa-bagaimana pemberian gelar pahlawan nasional itu disematkan, serta tentang peran seni rupa, terutama pelukis, di dalam wacana kepahlawanan tersebut.
Menurut dari data yang dapat diakses melalui situs Kementrian Sosial, Indonesia sudah memiliki sebanyak 191 pahlawan nasional. Namun sebagaimana pernyataan faktual yang disampaikan oleh Prof. Dr. Asvi Warman Adam, dari jumlah itu sama sekali belum ada satupun yang merupakan seorang pelukis.
Pemaparan selanjutnya adalah mengenai karakteristik pahlawan nasional, yang di dalamnya terkait dengan syarat pemberian gelar pahlawan nasional dan hal lain semacamnya. Di lain sisi Prof. Dr. Asvi Warman Adam juga menyatakan bahwa sejatinya Raden Saleh sudah diusulkan untuk diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 2012.
“Sudah ada buku yang dibuat untuk itu (mengusulkan). Inilah menurut saya yang harus diperjuangkan oleh kalangan seniman, pelukis, dan oleh kalangan seni rupa (pada umumnya),” ungkap Profesor Asvi.
Masih di dalam acara diskusi publik bertajuk ‘Pahlawan Nasional dan Seni Rupa Tokoh Sejarah’ di Pendopo Art Space, Dr. Mikke Susanto yang juga menjadi nara sumber turut memaparkan materi mengenai lukisan sejarah. Jenis, contoh, dan beberapa kasusnya. Salah satu hal yang turut dibicarakan oleh Dr. Mikke Susanto adalah perihal lukisan Diponegoro.
“Diponegoro hidup pada masa kamera belum ada di Indonesia, jadi wajah Diponegoro ini memang misterius,” jelasnya.
Wajah Pangeran Diponegoro selama ini memang hanya bisa dilihat melalui sketsa dan lukisan yang dibuat oleh para perupa. Salah satunya melalui lukisan A. J. Bik dan Basoeki Abdullah. Pun dengan beberapa pahlawan nasional lain.
Nihilnya kamera pada masa hidup beberapa pahlawan nasional ini bisa saja menjadi tantangan bagi para perupa, bagaimana cara merepresentasikan para pahlawan nasional dalam karyanya sambil mengekspresikan kemuliaan dan sentimentalitas para pahlawan. Selain perihal representasu para perupa, pokok bahasan pada diskusi publik kali ini adalah juga mengenai “homogenitas” karya seni pahlawan nasional. Bahwa selama ini karya seni rupa dengan subyek pahlawan nasional terlihat didominasi oleh Diponegoro dan Sukarno.
Kecuali tentang pembahasan yang telah tertuliskan di atas, masih banyak hal lain yang didiskusikan dalam diskusi publik “Pahlawan Nasional dan Seni Rupa Tokoh Sejarah” tersebut, di mana selain dihadiri langsung oleh lebih dari 70 peserta, ia juga bisa disimak dan disaksikan kembali melalui kanal Youtube Pendhapa Art Space. []