Pameran Bersama Reciprocities yang diselenggarakan oleh SRISASANTI SYNDICATE pada akhirnya hadir sebagai bentuk tanggapan terkait dengan perubahan sebagaimana terpaparkan di atas. Pameran bersama Reciprocities tersebut dilakoni oleh beberapa seniman, bukan saja berasal dari Indonesia, namun juga dari manca negara, tepatnya Filipina.
Para seniman tersebut antara lain adalah Artreyu Moniaga, Triana Nurmaria, Izal Batubara, dan Ayu Rika yang kesemuanya berasal dari Indonesia. Sedangkan yang hadir dari negara Philiphina masing-masing adalah Don Bryan Bunag, Isko Andrade, IzaMark Leo Maac, Marvin Quizon, dan Valdo Manullang.
Pameran bersama Reciprocities yang digelar di Galeri II Tirtodipuran Link Yogyakarta ini sendiri agendanya dibuka pada tanggal 30 November 2019, dan akan berakhir pada tanggal 12 Januari 2020.
Sebagai penulis dalam pameran bersama ini, Hamada Adzani memaparkan bahwa Atreyu Moniaga, Ayu Rika, Izal Batubara, Triana Nurmaria, dan Valdo Manullang membawa bagasi pengetahuan personalnya tentang pengalaman empirik masing-masing pada publik. Setelah diakumulasi, lantas mereka mempresentasikannya dalam bentuk simbolik yang ada kalanya terasa subjektif, namun seringkali terlihat universal.
Bertolak ke karya-karya seniman muda asal Filipina, mereka berempat menyuguhkan presentasi artistik mengagumkan. Melalui ekspresi ‘hiper-realis’ yang ditampilkan Don Bryan Bunag, Isko Andrade, Mark Leo Gornes Maac, dan Marvin Quizon menunjukan kemampuan teknis yang di atas ratarata. Secara general tema kekaryaan mereka berkutat pada relasi dalam keluarga dan memori sentimentil.
Karya-karya yang ditampilkan dalam Reciprocities merupakan pameran kolaboratif antara seniman asal Indonesia dan Filipina. Adapun seniman yang dipilih merupakan seniman muda di kedua negara yang tengah merintis karir kesenimanannya. Tanpa disengaja, semuanya berangkat dari tema personal yang dielaborasi menjadi penanda atau memorabilia atas teks dan konteks yang dialami. Imbal balik dalam kerja kolaboratif ini memang tidak bisa terlihat secara gamblang. Namun demikian, apa yang disuguhkan menjadi satu dari sekian banyak sampel kecenderungan seni rupa terkini antara kedua Negara.
Seni idealnya hendak merogoh kedalaman rumit pengalaman dan mengkomunikasikannya melalui medan bentuk dan imaji yang mengena pada imajinasi, khususnya indra batin kita. Karya mereka tidak semata dilihat sebagai bentuk ekspresi yang dihadirkan secara simbolik, melainkan memiliki kisah penarasian (story telling) dan modus operandi yang kuat. []