Berlaku sebagai kurator pada pameran Daulat dan Ikhtiar yang digelar di Area Museum Benteng Vrederburg Yogyakarta ini adalah Dr. Mikke Susanto, M.A. bersama dengan Duls Rumbawa, di mana sejatinya helatan kali ini juga tak hanya sebatas menyajikan pameran, karena dalam rangkaiannya dihadirkan pula forum diskusi dan pertunjukan.
Pameran kali ini tampil segar dan nampak berbeda dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya, pasalnya Museum Benteng Vredeburg menjalin kerjasama dengan instansi dan pegiat seni dari luar kalangan museum. Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Drs. Suharja selaku kepala Museum Benteng Vredeburg yang menjelaskan bahwa sebagai upaya inovatif dalam tata kelola pameran maka kali ini dilakukan hubungan kerjasama dengan Prodi TKS (Tata Kelola Seni) ISI Jogjakarta.
“Tahun ini kita agak berbeda, karena bekerjasama dengan Fakultas Seni Rupa, Jurusan Tata Kelola Seni (TKS), dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta,” terang Drs. Suharja.
Selain itu, Drs. Suharja juga mengetengahkan pandangan para seniman dalam memaknai koleksi museum, khususnya yang terkait dengan Serangan Umum dari perspektif seniman itu sendiri.
Mengenai tajuk dari pameran tahun ini menggambarkan mengenai tema besar yang akan diusung dalam pelaksanaannya. Serangan Umum 1 Maret 1949 silam tentunya membawa kesan historis yang bisa jadi terasa melankolis, mengingat betapa besar ikhtiar yang dilakukan oleh masyarakat kala itu untuk mempertahankan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat.
Pun untuk mengingat peristiwa tersebut, dibuatlah sebuah monumen oleh Saptoto (1927-2001) yang terletak tepat di kilometer nol Yogyakarta, dengan elemen berupa 25 adegan relief, gunungan sebagai representasi alam semesta, dan lima patung figur manusia dengan aksesoris yang menggambarkan elemen masyarakat. Monumen 1 Maret 1949 itu juga seolah menjadi bukti bahwa liatnya kesenian bersifat amat fleksibel–bahwa seni pun dapat berperan sebagai saksi sejarah.
Untuk merayakan keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949, tiga individu dan dua kolektif seni yang kesemuanya berasal dari Yogyakarta dipilih untuk menjadi perupa dalam Daulat & Ikhtiar. Selain melakukan riset, karya para seniman juga melibatkan artefak mengenai Serangan Umum koleksi museum.
Adapun kelima perupa tersebut adalah sebagai berikut:
Lima kategori yang direspon oleh para seniman, merupakan citra elemen masyarakat yang diambil dari Monumen Serangan Umum. Kelima karakter yang ditonjolkan memiliki perannya masing-masing untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia, terlepas dari seimbangnya sejarah mencatat nama mereka atau tidak. Ide tentang eksisnya kelima karakter ini dimunculkan untuk menengarai keberhasilan mempertahankan kemerdekaan.
Keberhasilan Serangan Umum 1949 ditopang oleh gotong-royong dari berbagai elemen masyarakat, dan dengan model perjuangan yang berbeda pula. Karena itulah satu hal penting dalam pameran ini adalah pernyataan bahwa Serangan Umum sebagai upaya mempertahankan daulat kemerdekaan ternyata dilakukan dalam berbagai cara dan bentuk. Inilah ragam ikhtiar yang diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Perang, daulat, dan ikhtiar adalah satu kesatuan untuk menjaga harga diri atas kemanusiaan.
Rangkaian Pameran Daulat dan Ikhtiar yang digelar di Area Museum Benteng Vrederburg Yogyakarta tahun 2022 ini diselenggarakan selama satu bulan dan terbuka untuk umum, tepatnya tanggal 1 – 30 Maret 2022. Untuk informasi dan keterangan lebih lanjut bisa menyimak di akun Instagram: @museum.benteng.vredeburg dan/atau situs www.vrederburg.id, serta bisa pula menghubungi Contact Person di nomor 081280576605 atas nama Rayi. []