Penggunaan identitas dalam mobilisasi massa disebabkan ia dijadikan sebagai satu konstruksi, yang berarti ia dibentuk dan dibangun oleh masyarakat dengan sifatnya yang cair (fluid). Dengan kata lain, ia bisa dibentuk melalui narasi yang ada oleh sebuah kelompok tertentu hingga selanjutnya tertanam pada individu manusia.
Namun ada konsekuensi yang jugaharus dipahami, yaitu bahwa identitas yang sebenarnya secara netral melekat dalam diri manusia ini ternyata dapat berdampak seperti “toxic” alias ‘racun’, apalagi ketika ada pembentukan narasi yang mendorong stereotipe hingga memunculkan stigma terhadap suatu identitas tertentu di dalam sosial masyarakat. Lebih jauh, hal itu bisa saja menumbuhkan polarisasi ke dalam beberapa kelompok identitas masyarakat dengan latar-belakang berbeda.
Seturut dengan laju perkembangan zaman, tak pelak terjadi pula mis-konsepsi oleh masyarakat tentangi stigma. Yaitu bahwa bahwa stigma itu seolah-olah hanya menyerang “minoritas”, padahal sejatinya sedikit orang sadar bahwa stigma juga menyerang identitas-identitas yang melekat pada ‘mayoritas’.
Pada akhirnya sehubungan dengan stigma tersebut tumbuhlah cara memandang yang hitam dan putih, seolah-olah identitas hanya berupa A atau B, hingga selanjutnya ada yang luput. Bahwa pada prinsipnya identitas dapat berupa merah biru maupun hijau kuning. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa masyarakat belum sepenuhnya paham periahl identitas yang sejatinya memiliki sifat cair (fluid). Dan pada kondisi sebagaimana terpaparkan di atas itulah Pameran Seni HIATUS tahun 2019 dihelat.
Pada hakikatnya Pameran Seni HIATUS tahun 2019 dihelat dengan harapan agar para perupa bisa memberikan beragam pertanyaan terhadap diri masing-masing; Label apa saja yang pernah menempel pada dirinya? Atas dasar apa perupa diberikan kesan tersebut? Apakah label-label tersebut benar menggambarkan diri perupa yang sesungguhnya?
Stigma-stigma yang terpapar bukan saja sebatas perihal siapa mereka, lebih dari itu adalah juga mengenai siapa kita dan bagaimana kita memandang jiwa masing-masing.
Masi melalui pameran seni HIATUS 2019 ini juga harapannya mampu merefleksikan stigma yang pernah dilekatkan atas diri dan kemudian merealisasikannya ke dalam bentuk karya seni. Selanjutnya dari sana dapat dibuka perspektif lebih berwarna tentang siapa kita dan mereka yang sebenarnya.
Ada beberapa maksud dan tujuan diselenggarakannya pameran seni HIATUS tahun 2019. Dua di antaranya terpapar di bawah ini.
Stigma secara nyata telah memberikan pengaruh dalam cara pandang seorang individu terhadap kelompok tertentu. Hal ini yang pada akhirnya menghasilkan hambatan bagi suatu kelompok untuk dapat mengekspresikan diri mereka sendiri.
Dengan konstruksi pikiran yang sudah terbentuk oleh sebagian besar orang, apa yang dilihat oleh mereka akan membuat individu ataupun kelompok tertentu tidak dapat menunjukkan realita dari jati diri mereka yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dekonstruksi stigma diperlukan untuk menyadarkan masyarakat tentang cara memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Terkadang adanya konsep toleransi yang diajarkan pada masyarakat akan membuat keberagaman menjadi sesuatu yang wajar dan biasa. Orang-orang akan menganggap adanya perbedaan adalah sesuatu yang tidak menarik lagi. Pada akhirnya, pikiran-pikiran tersebut membuat masyarakat multikulturalis menjadi lebih mudah dalam menerima keberagaman.
Namun sebaliknya, disebabkan sudah menjadi hal biasa, tak pelak orang-orang pun hanya sebatas mempelajari keberagaman tersebut dari permukaan saja, dan tidak mencoba untuk berpikiran lebih kritis mengenai mengapa keberagaman tersebut bisa terjadi serta apa motif dari keberagaman tersebut.
Diambil dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan dihelatnya Pameran Seni HIATUS tahun 2019 ini diharapkan persepsi lain dari identitas tertentu akan muncul dan memberi pemahaman yang lebih mendalam tentang latar belakang mereka. Dan dari terbukanya berbagai perspektif tersebut, diharapkan pihak yang terlibat –yang awalnya dapat menerima keberagaman– juga menjadi bisa menyadari akan keberagaman tersebut dengan cara yang lebih kritis.
Waktu: 20 Juli 2019 – 25 Agustus 2019
Pengiriman Konsep: ugm.id/OPENSUBHIATUS19
Narahubung: 0812 3516 9094 (Amara)