Pameran tunggal Ghost Light ini adalah pameran yang mempresentasikan sejumlah karya, di antaranya berujud video, patung, dan obyek-obyek semacamnya yang dibuat dan dirangkai dalam bentuk instalasi pada ruang gelap dengan tata letak yang membangun suasana dramaturgikal sekaligus persepsi filmis.
Karya-karya dalam pameran tunggal Ghost Light ini membuka pada ingatan kita perihal karakter ruang-ruang kehidupan hari ini, yang beberapa di antaranya juga mampu memicu imajinasi terkait mitos, juga hal yang terkesan asing, tapi semua itu mampu menggelitik kita dengan ungkapan puitis yang mengikat. Karya video, khususnya, menyajikan sebuah kisah yang membongkar proses penciptaan kisah itu sendiri. Ditambah lagi representasi obyek dalam video dan obyek real di luarnya saling memantul dan bersahut, menyiratkan hubungan imajiner yang merambati lingkungan internal pameran yang akan kita kitari.
Pameran Ghost Light yang dikuratori oleh Manshur Zikri ini dalam kuratorialnya mengambil landasan pada keinginan sang seniman untuk mengekspresikan momen jeda dari proses panjang, yaitu dengan memanfaatkan medium teks dalam menjelajahi kemungkinan fiksi sebagai teknik dekonstruksi sejarah. Kecuali hal tersebut, secara bersamaan pameran tunggal Ghost Light ini juga menunjukkan paralelitas dari metode berkesenian Timoteus Anggawan Kusno yang masih terus berkembang itu; pengolahan arsip berbasis teks disubstitusi dengan pemajanan dapur produksi untuk memainkan liminalitas antara fiksi, sejarah, imajinasi, ingatan, dan kenyataan, serta proses aktual untuk menanggapi kelima hal tersebut.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Angga (sapaan akrab sang seniman; Timoteus Anggawan Kusno) dalam pembukaan pameran tunggal kali ini, pameran ini dihadirkan sebagai antitesis bagi metodenya, bahwa Ghost Light merupakan kumpulan babak dan stanza, dengan karsa untuk menunjukkan usaha pencarian skema yang mempertanyakan kembali struktur lazim dari apa yang fiksi dan bukan fiksi. Artinya, pameran ini juga menjadi laboratorium dengan modus eksperimen baru yang mencoba memenggal keniscayaan materi-materi berbasis teks dengan konstruksi material dengan berorientasi pada tindakan, yang mengalihkan pendekatan serebral, dan menekankan perasaan ketimbang pengamatan.
Dengan latar-belakang seperti terpaparkan di atas, maka sajian pameran Ghost Light ini sengaja mengungkap aspek-aspek produksi beberapa karya untuk mengundang kepekaan jasmaniah pengunjung pameran, juga imajinasi mereka atas “ruang tablo” dan “tablo ruang”, serta menawarkan semacam gaya ungkap “metadramatik” dari uraian tentang “metafiksi”.
Pameran tunggal Ghost Light oleh Angga yang bertempat di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat dan lokasi alamatnya berada di Jl. DI Panjaitan No.41, Mantrijeron Yogyakarta ini agendanya digelar mulai tanggal 16 Juni – 24 Juli 2021, tepatnya setelah pembukaan pada tanggal 16 Juni karya-karya yang dipamerkan juga direspon oleh dua pemain teater Jogja, yaitu Jamaludin Latif dan Ari ‘Inyong’ Dwiyanto.
Guna menikmati pameran, pengunjung bisa datang langsung ke venue pada hari Senin sampai dengan Sabtu, namun diwajibkan melakukan registrasi (pada tautan berikut -sila klik) minimal hari sebelumnya, tak lain adalah guna mengatur jumlah pengunjung di dalam galeri sebagai tindakan sesuai protokol kesehatan yang masih harus diterapkan secara ketat.
Kecuali tanggal 16 Juli 2021 –yang hanya menyediakan 2 sesi kunjungan–, maka di hari lain (Senin – Sabtu) untuk setiap harinya disediakan 4 sesi kunjungan terjadwal dengan kuota terbatas untuk 10 orang. Empat sesi kunjungan setiap hari tersebut adalah pukul 11:00 – 12:00 | 12:30 – 13:30 | 14:00 – 15:00 | 15:30 – 16:30. []