Pemaparan di atas salah satunya disampaikan oleh Purwadmadi terkait dengan Pameran Tunggal Hendro Purwoko dengan tajuk ‘Sambang Sambung Malioboro’ yang agendanya digelar selama 9 hari, yaitu dari tanggal 10 Desember dan berakhir pada 18 Desember 2019.
Hadir sebagai salah satu narasumber dalam acara Press Conference a.k.a jumpa pers Pameran Sambang Sambung Malioboro di hari Sabtu sore -07 Desember 2019, Purwadmadi memberikan gambaran ikhwal beberapa karya milik Hendro Purwoko yang menyajikan ragam karya menyangkut kawasan Malioboro. Bahwa dalam berbagai lukisan Hendro secara garis besar dapat ditarik benang merah perihal ‘Memayu Hayuning Bawono’ san juga sekaligus tentang “Sangkan Paraning Dumadi”.
Kecuali diungkapkan secara verbal di acara jumpa-media yang bertempat di Gallery Seni Rupa -Posnya Seni Godod -area Jalan Suryodiningratan MJ II/641, Gg. Rahmat, Jogjakarta, dalam tulisan pengantarnya, Purwadmadi juga memaparkan bahwa pada sisi-sisi Malioboro inilah ragam sketsa tangan Hendro Purwoko tentang bentang kawasan Malioboro menjadi bagian catatan historis sekaligus rekaman peristiwa sosial yang perlu ditakar dan dibaca sebagai peristiwa sosial budaya. Lebih lanjut lagi, arah rekaman visual yang dibuat oleh Hendro Purwoko tidak hanya berdimensi heritage atau kecagarbudayaan, melainkan bisa dimanfaatkan untuk membaca sikap dan perilaku masyarakatnya. Dari balik bangunan yang terekam, tercatat, dan terunggah dalam gambar sejatinya sebuah teks yang menemukan konteks sosial budayanya dari waktu ke waktu.
Gambar-gambar tangan Hendro Purwoko bukan buah keterampilan semata-mata tetapi juga ekspresi ajakan untuk membaca Malioboro sebagai kawasan kehidupan, kawasan budaya, yang sangat mewarnai keragaman perjalanan sejarah Yogyakarta. Motif sketsa Hendro Purwoko pantas untuk tidak hanya dibedah dari pencapaian wujud visual, melainkan juga dari motif konservasi ingatan dan picuan inspirasi konservasi, pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatkan warisan budaya. Selain itu, juga dapat digunakan untuk menemu-tunjuk problem sosial budaya kawasan Malioboro yang kompleks. Sketsa-sketsa Malioboro karya Hendro Purwoko adalah cuitan catatan spontan, sekaligus seruan moral memelihara dan mengembangkan Malioboro sebagai kawasan budaya terpenting Yogyakarta.
Oleh karenanya, Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” punya arti penting, dan menarik secara artistik, dalam dokumentasi sejarah aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, arsitektural, maupun tata ruang kawasan Malioboro yang mana di masa depan dapat dijadikan salah satu pijakan dalam kajian-kajian ilmiah kesejarahan Yogyakarta. Pameran ini akan menyajikan 42 karya sketsa yang dibuat Hendro Purwoko sejak tahun 2009 hingga 2015. Sketsa-sketsa tersebut mengabadikan suasana Yogyakarta pada tahun-tahun itu, yang mana di tahun 2019 ini sudah cukup banyak berubah. Proyek revitalisasi Malioboro sepanjang tahun 2018-2019, misalnya, cukup banyak merubah bentang lanskap Malioboro dari sisi pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana.
Hendro Purwoko dengan cukup detail menangkap “jiwa-jiwa” Malioboro dalam sketsa-sketsanya. Sosok-sosok penghuninya seperti sais andong, tukang becak, penjaja kopi instant, dan pedagang cinderamata, hingga landmark Malioboro seperti Stasiun Tugu, Kantor Gubernur, Pasar Beringharjo, Ngejaman, Museum Benteng Vredeburg, Ketandan, Kawasan Sosrowijayan, maupun gedung-gedung di kawasan Titik 0 KM terekam dengan apik dan artistik di tangan Hendro Purwoko. Suasana seperti demo buruh, angkringan, dan pasar klithikan juga tak luput dari pengamatan Hendro Purwoko.
Pameran ini merupakan bentuk tanggung jawab Hendro Purwoko sebagai seorang seniman yang selalu berproses kreatif dan menunjukkan idealisme serta eksistensinya. Di samping itu, ia juga dihadirkan guna menandai masa purna tugas sosok Hendro Purwoko sebagai staff pengajar di Program Studi Disain Interior, Fakultas Seni Rupa Intitut Seni Indonesia Yogyakarta per 1 Oktober 2019 silam.
Selain itu, bisa juga dikatakan bahwa Pameran Sambang Sambung Malioboro ini merupakan satu perayaan atas pencapaian Hendro Purwoko sebagai seorang seniman maupun sebagai pengajar seni. Oleh karenanya, Hendro Purwoko ingin merayakannya bersama keluarga, komunitas, dan teman-teman seniman dengan menggelar sejumlah rangkaian kegiatan.
Sebagai rangkaian kegiatan yang mengawali gelaran Pameran Sambang Sambung Malioboro ini, sejatinya digelar pula satu Pameran Karya “Meditasi Anak Milenium” yang bertempat di Posnya Seni Godod, yaitu dari tanggal 1 Desember hingga 8 Desember 2019, di mana pada pameran “Meditasi Anak Milenium” tersebut, dipajang puluhan gambar hasil karya anak-anak yang mengikuti kegiatan menggambar rutin di Posnya Seni Godod.
Pameran yang diikuti 23 anak-anak usia TK hingga SD tersebut sekaligus juga menjadi penanda peringatan 1000 hari berpulangnya Puspitasari Darsono (Mbak Pipit), seorang sahabat yang menginspirasi kehidupan Hendro Purwoko untuk belajar meditasi dan segala variasinya, termasuk makan ala vegetarian.
Sebagai acara berikutnyayang juga masih menjadi langkah guna ‘nyengkuyung’ Pameran Tunggal “Sambang Sambung Malioboro” oleh Hendro Purwoko ini, maka untuk rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan acara Sket Malioboro di sketchbook ukuran 14 x 14 cm bersama puluhan perupa.
Kemudian yang tak kalah menariknya adalah diselenggarakan acara Melukis Bersama 100 Perupa di Kawasan Malioboro pada Selasa Wage, 10 Desember 2019. Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini diikuti sejumlah 122 pelukis yang berasal dari penjuru Nusantara dan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY, komunitas pelukis cat air (KOLCAI), Sanggar Bambu, Sanggar Sejati, dan kelompok seniman lainnya.
Acara Melukis Bersama 100 Perupa di Kawasan Malioboro ini selain untuk sebagai bentuk dukungan terhadap Pameran Tunggal Hendro Purwoko, juga untuk memperingati Hari HAM Sedunia dan mendukung program car free day Selasa Wagen di kawasan Malioboro Yogyakarta.
Para peserta melukis kawasan Malioboro dengan titik kumpul di depan Museum Sonobudoyo (Gedung ex-KONI). Panitia menyiapkan 100 kanvas ukuran 50 x 60 cm untuk acara ini.
Hasil melukis bersama ini selanjutnya dipamerkan di Posnya Seni Godod mulai tanggal 10 hingga 18 Desember 2019. Pameran tersebut dibuka Selasa sore pukul 16.00 WIB oleh Mr. Rudolf Iten, pengusaha asal Swiss.
Masih di hari yang sama, namun waktunya adalah malam hari, yaitu Selasa Wage, 10 Desember 2019 pukul 19.00 WIB, rangkaian yang utama itu digelar. Ialah pembukaan Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” di Bentara Budaya Yogyakarta.
Pada Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” yang menggelar lebih dari 42 sketsa kawasan Malioboro ini, pembukaannya dilakukan oleh Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum. Diagendakan sekitar 200 tamu undangan yang hadir juga dihibur dengan sajian musik dari See N See Guitar.
Mengenai Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” yang berlangsung dari tanggal 10 hingga 18 Desember 2019 dengan jam buka setiap hari pukul 09.00 – 21.00 WIB ini, berlaku sebagai kurator adalah Prof. M. Dwi Marianto, MFA., Ph.D. Sementara sebagai pengantar adalah tulisan yang cukup panjang dari Purwadmadi. []