Andy Sri Wahyudi atau dikenal pula dengan nama Andy Eswe serta icky Tri Sanjaya adalah dua pantomimer yang masih aktif berkarya di Bengkel Mime Theatre, bahkan sejak lahirnya di tahun 2004 silam hingga saat ini. Dalam mempresentasikan karya merekapun boleh dibilang sangat produktif, yaitu saat sebelum pandemi melanda mereka selalu mengagendakan pementasan, bahkan meski sekadar tour keliling kampung di pelosok nusantara.
Bertempat di Gallery Lorong -Jeblok Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta, dua panomimer tersebut kali ini kembali berhasil melakukan presentasi karya yang dihelat bekerjasama dengan Saorsa Selatan, yaitu kedai kopi berbasis komunitas yang dimulai sebagai ekspresi kebebasan, tepatnya pada Sabtu malam, tanggal 12 Juni 2021.
Andy Eswe dan Ficky Tri Sanjaya kali ini sukses mempersembahkan lima lima reportoar, baik karya lama yang didaur ulang pun karya baru yang tumbuh seiring pandemi yang masih mewabah ini. Selepas presentasi karya, seperti kebiasaan yang acap dilakoninya, merekapun melanjutkan acara dengan gelar diskusi bersama para penontonnya.
Dalam sessi diskusi usai presentasi tersebut, mereka berdua memaparkan bahwa beberapa karya lama memang disuguhkan kembali mengiringi karya baru, yang kesemuanya masih terus bertumbuh seiring zaman yang sedang berlangsung. Karya-karya lama tersebut pernah dipresentasikan di tempat-tempat berbeda, yaitu pada saat beberapa tahun silam mereka yang ada di Bengkel Mime Theatre mengadakan show tour keliling pelosok nusantara. Contohnya yang terdekat adalah di perkampungan wilayah Magelang -Jawa Tengah hingga pementasan yang pernah dilakoni di Makassar Sulawesi selatan.
Pantomim “Opinion” adalah dua kata yang diusung sebagai tajuk utama dari pementasan kali ini, yang masing-masing; Ficky Tri Sanjaya menampilkan dua karya bertajuk “Tidak Normal” dan “Ada Sesuatu yang Bergerak-gerak Sendiri”, sementara Andy Eswe menampilkan “Kesibukan di Ruang Bawah”, “Berburu” dan “Nona Lisa: Suara-Suara Tak Terduga”.
Apabila merunut ke belakang dari sejak terbentuknya Bengkel Mime Theatre, maka sebagaimana yang dituturkan oleh Andy Eswe, pertunjukan kali ini bisa dibilang menjadi aktivitas pendokumentasian seperti yang telah menjadi kebiasaan pada waktu-waktu sebelumnya. Intinya ada aktivitas membaca ulang kembali, untuk kemudian bisa menemukan makna baru dengan menggali lagi unsur-unsur pantomim.
“Ini adalah bentuk pendokumentasian, yang tidak menutup kemungkinan akan selalu bertumbuh seiring waktu yang sedang kita jalani saat ini. Dan tidak menutup kemungkinan bertumbuhnya karya ini juga akan terus berlangsung, apalagi ketika ide-ode liar kita sempat terhenti sejenak akibat pandemi belakangan ini,” Andy Eswe menuturkan.
Dengan latar belakang menyajikan lima reportoar, maka pementasan di Galeri Lorong kali ini juga mengajak para penonton untuk berpindah ‘space’ berbeda karena pementasannya juga dikonsepkan dengan sifat adaptif, yang artinya pementasan tidak terpaku pada bentuk panggung yang konvensional, melainkan bisa menyesuaikan dengan bentuk Galeri Lorong itu sendiri.
Sebagai rangkaian persembahan karya BMT, selain diramaikan oleh MC Kukuh Prasetyo, pada diskusi usai yang dilakukan usai presentasi, dihadirkan pula pemantiknya Abdi Karya (dari Makassar) dan dimoderator oleh Gisel Maria. Beberapa crew yang turut mendukung pementasan antara lain adalah Yudhi Becak sebagai artistik dan propert, Elia Wisman di musik, sedangkan kru panggung ada Odon Boy Saridon. []