Gelaran “Seminar Dunia Koleksi Hulu Hilir Kepemilikan Karya Seni” ini bertempat di Concert Hall ISI Yogyakarta, dengan penyelenggaranya adalah pihak Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, yaitu pada tanggal 3 Oktober 2019, dengan menghadirkan beberapa pembicara cukup ternama.
Seminar akademik yang dihelat di area kampus ini dilatar-belakangi oleh keberadaan benda kreatif sebagai benda budaya. Bahwa karya seni berupa lukisan, patung, grafis, kriya, batik, perhiasan, maupun produk fungsional, dan sejumlah item peristiwa dapat menjadi benda koleksi yang amat berharga.
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah; sejauh mana penghargaan, pengelolaan hingga pelestarian benda kreatif tersebut akan dikaji secara menarik.
Guna menemukan jawaban atas pertanyaan di atas, maka dalam Seminar Akademik ini bakal dikaji masalah apresiasi seni (kolektor), infrastruktur (museum, galeri & balai lelang), dan juga perihal pengelolaan seni (kurator, sejarawan, dosen, pengamat).
Tak sedikit matakuliah yang terkait pada semua bidang keilmuan seni dalam agenda ini. Karenanya, para pembicara yang akan tampil dan dihadirkan merupakan sosok-sosok yang telah menjadi bagian dalam dunia koleksi tersebut. Hal ini dilakukan salah satu alasannya adalah kare ahulu-hilir kepemilikan seni di Indonesia saat ini belum banyak dibicarakan di tingkat nasional secara akademis.
Sosok-sosok yang berlaku sebagai pengkaji sekaligus pembicara pada Seminar Dunia Koleksi ini antara lain adalah sebagai berikut;
Topik yang dibahas terkait dengan ‘benda koleksi yang amat berharga’ dalam Seminar Akademik Dunia Koleksi kali ini tentu menjadi perihal sangat berguna bagi siapapun yang senang dengan dunia koleksi benda-benda seni pada khususnya, ataupun dengan benda budaya pada umumnya.
Ia memberi manfaat bagi mereka yang senang mengoleksi lukisan, keris, batik, sepeda onthel, buku, batu akik, artefak fungsional masa lampau, sampai Harley Davidson, mobil antik, kustom, dan sebagainya. Apalagi hari ini ada jargon yang mengatakan, bahwa “semua benda adalah seni, setiap orang adalah seniman.” []