Sinema Asia dalam JAFF 14 di tahun 2019 ini mengusung tema “Revival” yang menempatkan festival film sebagai bentuk panggilan untuk merefleksikan lebih dalam dan mengangkat kembali kekayaan sejarah dan peradaban Asia, termasuk peradaban ikhwal ‘kolonialisme’.
Ya, meskipun kolonialisme merupakan pengalaman yang telah merendahkan martabat bangsa Asia, tak bisa dimungkiri jika hal tersebut juga memberikan dasar bagi bangsa Asia membangun masa depan melampaui peradaban Barat. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Budi Irawanto selaku presiden JAFF.
“Kami ingin mengajak para penonton untuk memilah manakah warisan dari budaya Barat yang mesti di-Asia-kan dan manakah unsur-unsur sejarah Asia yang mesti digali dan dilestarikan. Pada dasarnya, kami berharap Bangsa Asia sadar bahwa mereka mesti lebih banyak belajar dengan sesamanya ketimbang pada masyarakat Barat,” tutur Budi Irawanto.
Sinema Asia dalam JAFF 14 yang telah menginjak usia 14 tahun ini bakal dilaksanakan secara terpadu di satu kawasan yang berpusat di Empire XXI Yogyakarta.
Sebanyak 107 film akan ditayangkan dalam program pemutaran JAFF yang terbagi menjadi program kompetisi dan non-kompetisi. Dan film-film yang agendanya akan diputar dalam gelaran JAFF 14 tersebut antara lain adalah:
“Pemilihan film di setiap program JAFF tahun ini dilakukan dengan melihat banyak pertimbangan. Bukan hanya teknis yang bagus atau penceritaan yang baik semata, melainkan juga dari perspektif bagaimana film bisa membawa sikap dan argumen yang jelas dari sebuah peristiwa yang terjadi dari sudut pandang pembuatnya mengenai banyak hal-hal yang dibawa ke dalam film tersebut”, ujar Reza Fahri yang merupakan program director JAFF tahun 2019 ini.
Bersamaan dengan memperingati 100 tahun sinema Bengali, JAFF 14 juga menayangkan sejumlah karya terbaik dari sinema Bengali yang sudah melakukan produksi sejak 8 November 1919.
“Keberadaan sinema Bengali dalam JAFF 14 adalah salah satu wujud refleksi penggalian identitas diri sinema Asia yang telah hadir sejak seabad yang lalu”, tutur Ifa Isfansyah selaku direktur festival JAFF.
Selain program pemutaran film, JAFF 14 akan menyuguhkan beberapa program edukasi yang terdiri dari Art for Children, Public Lecture, dan Forum Komunitas. Sementara JAFF Education sebagai program Masterclass yang merupakan program lokakarya film untuk pemula juga tidak akan ketinggalan memeriahkan JAFF tahun ini. Dan program edukasi ini tidak hanya berfokus pada perfilman semata, namun edukasi seni secara umum.
“Tahun ini, kami berkolaborasi dengan Tempa sebagai seniman yang membuat artwork festival”, ujar Ajish Dibyo selaku Executive Director JAFF.
“Selain itu, ada aktivasi program edukasi seni untuk anak-anak dalam bentuk membuat kolase dan stempel sebagai upaya JAFF menumbuhkan minat seni sedari dini”, tambahnya.
JAFF Education yang merupakan sebuah program lokakarya akan menghadirkan salah satu rigging gaffer profesional asal New Zealand, Sean O’Neill. Sean O’Neill ikut terlibat dalam departemen sinematografi beberapa film Hollywood seperti The Great Wall (2016), Alien: Covenant (2017), dan yang terbaru Mulan (2020).
Penyelenggaraan Sinema Asia dalam JAFF 14 tahun 2019 bakal dibuka oleh film Abracadabra arahan sutradara Faozan Rizal. Abracadabra yang dibintangi oleh Reza Rahadian akan ditayangkan secara perdana dan akan menyuguhkan sebuah drama-komedi seorang pesulap bernama Lukman yang berusaha menggali kembali gairahnya pada dunia sulap.
Selain itu, Humba Dreams yang merupakan sebuah karya dari Riri Riza juga akan menjadi film yang disuguhkan di JAFF 14. Humba Dreams yang dibintangi oleh J. S. Khairen mengisahkan tentang seorang mahasiswa sekolah film Jakarta yang pulang ke Sumba untuk sebuah tugas yang tak mudah. Perjalanan mempertemukan Martin dengan Anna (Ully Triani) dan berbagai pertanyaan tentang Humba dan dirinya perlahan menemukan jawaban.
“Tahun ini, dinamika film Indonesia sungguh menarik. Ini yang membuat kurasi kompetisi JAFF ISA tidak mudah. Namun eksplorasi cerita, tema, dan sikap personal para filmmaker menjadi perhatian yang ingin kami dalami dalam seleksi ini,” ujar Kamila Andini, direktur artistik JAFF 14.
Sebagai salah satu festival internasional terbesar di Indonesia, tercatat 23 negara akan terlibat dalam penyelenggaraan Sinema Asia dalam JAFF 14 tahun 2019 ini. Ketigapuluhdua negara tersebut antara lain adalah Indonesia, Filipina, Kamboja, Cina, Australia, Iran, Korea Selatan, Singapura, India, Vietnam, Jepang, Thailand, Kyrgyzstan, Sri Lanka, Bhutan, Jordan, Malaysia, Uzbekhistan, Tibet, Hongkong, USA, Georgia, dan Bangladesh.
Untuk waktu penyelenggaraan Sinema Asia dalam JAFF 14 tahun 2019 ini adalah dari tanggal 19 hingga 23 November 2019, dengan tempat berada di Empire XXI Yogyakarta. []