Merunut dari helatan video mapping Sumonar tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir masyarakat kita di Indonesia sudah tak asing lagi dengan salah satu bentuk karya seni ini. Tak sebatas bagi mereka yang memang kesehariannya menggeluti dunia seni, namun tak sedikit pula masyarakat dari ragam disiplin ilmu pun telah melibatkan diri untuk menjadi bagian dalam proses terciptanya karya seni visual video mapping ini. Karenanya, tak usah terheran-heran ketika seiring berjalannya waktu, video mapping terus bertumbuh dan dikembangkan oleh para pelakunya di banyak kota, termasuk Yogyakarta.
Pun dengan keberadaan kota Jogja, ia juga telah menjadi kota yang sangat serius mengembangkan karya seni video mapping. Bahkan karya-karya video mapping yang telah diciptakan oleh para pegiatnya dikemas secara spektakuler dalam rangkaian festival yang mulai diwujudkan melalui JVMP (Jogjakarta Video Mapping Festival), pertama kali digelar tahun 2018 silam.
Saat gelaran pertama JVMP, meski memisahkan diri dari program dalam FKY (dari tahun 2013 ia menjadi bagian FKY), namun ia masih tetap menjadi program kerjasama dengan Festival Kesenian Yogyakarta –yang mulai tahun 2019 berganti menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta. Gelaran awal tersebut bisa dikatakan sangat sukses, karenanya festival video mapping ini dihelat kembali secara mandiri pada tahun berikutnya; 2019, dan menamakan diri dengan “nama baru” SUMONAR, yang mengambil tema “My Place, My Time”.
Selanjutnya helatan Festival video mapping SUMONAR bertema “My Place, My Time” yang digelar di Kawasan 0 Kilometer Yogyakarta resmi dibuka pada hari Jumat 26 Juli 2019. Kerumunan dari ratusan orang terlihat bahagia menikmati persembahan karya seni ini, dan secara tidak langsung merekalah saksi dari momen yang sangat jarang terjadi di Indonesia ini.
Festival Director SUMONAR, Ari Wulu memaparkan, SUMONAR sebagai bentuk penyajian karya video mapping ke dalam sebuah festival memerlukan proses yang sangat panjang. Hal ini bisa terwujud berkat kegigihan para seniman video mapping di Kota Gudeg untuk terus mengembangkan dan melakukan berbagai bentuk inovasi sehingga karya seni ini bisa tersaji dengan sangat luar biasa kepada publik Indonesia maupun dunia. Video mapping saat ini telah menjadi hasil dari sebuah proses berkesenian yang di dalamnya menggabungkan berbagai disipilin ilmu, mulai dari video, script, musik dan masih banyak lagi.
“Video mapping merupakan sebuah karya yang menggabungkan banyak disiplin ilmu. Di antaranya seperti video, script, musik dan masih banyak lagi dan kami representasikan ke objek-objek yang sangat representatif dan sangat menggambarkan Yogyakarta. Dengan adanya SUMONAR, kami kira hal ini akan menjadi salah satu alasan mengapa banyak masyarakat di Indonesia maupun dunia mau kembali berkunjung ke Yogyakarta setahun sekali,” papar Ari dalam pembukaan SUMONAR.
Kurator SUMONAR 2019, Sujud Dartanto melanjutkan, dengan adanya SUMONAR di Yogyakarta menjadi sebuah momen yang sangat istimewa bagi masyarakat di tanah air, karena untuk pertama kalinya di negara ini ada sebuah festival yang khusus menampilkan karya video mapping dari para seniman yang berasal dari Indonesia maupun berbagai negara di dunia. Kata Sujud, untuk karya-karya yang ditampilkan sendiri bukanlah apa yang sering masyarakat temukan di ruang galeri maupun museum sekalipun.
“Semua karya-karya yang kami tampilkan di sini sebelumnya telah kami kurasi terlebih dulu. Selain itu, sesuai dengan tema yang kami usung pada tahun ini yaitu “My Place, My Time”, karya-karya yang coba kami suguhkan pada tahun ini berbasis waktu. Ketika karya-karya itu telah ditampilkan, maka berakhirlah sudah. Dan dengan adanya SUMONAR ini merupakan sebuah ajakan mengalami pengalaman estetika baru dalam menikmati sebuah karya seni,” jelas Sujud.
Ketua Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP), Raphael Donny menambahkan, selama penyelenggaraan SUMONAR dari 26 Juli hingga 5 Agustus 2019 mendatang, penyelenggara festival tidak hanya menyuguhkan karya-karya video mapping yang diaplikasikan pada media gedung seperti yang terjadi di Gedung Pos Indonesia dan Bank Indonesia saja. Selama 11 hari pelaksanaanya, SUMONAR akan menampilkan beragam karya video mapping berbentuk instalasi yang berlokasi di Loop Station yang dibuka sejak pukul 10.00 hingga 21.00 WIB.
“Kami berharap semoga dengan adanya SUMONAR ini, video mapping menjadi sebuah karya yang lebih memasyarakat lagi di kalangan khalayak luas,” tambah Raphael.
Didukung oleh proyektor laser berkekuatan hingga 25.000 lumens dengan rasio kontras hingga 2.500.000 berbanding, dalam penyelenggaraan di hari pertamanya SUMONAR menampilkan sederet karya yang diciptakan oleh Raymond Nogueira/Rampages (Macau), Fanikini x Bagustikus x Kukuhjambronk, LYZVisual, Uvisual, Modar, Furyco, Lepaskendali x Bazzier x Sasi. Informasi selanjutnya mengenai SUMONAR dapat mengikuti kanal resmi di www.jogjavideomapping.com dan akun media sosial IG/Twitter/FB @Sumonarfest. []
**Informasi lainnya sekaligus jadwal helatan,sila bisa didimak pada laman Preskon Sumonar!