Dalam kisah pencarian Sang Rebel Samurai ini diceritakan bahwa Yoi Shosetsu lahir pada zaman sedang susah. Bahkan, sang Ibu merintih harap bisa membuatkan mi dari bedak yang dikenakannya. Para pelacur memberi saran untuk mengembalikan bayi tersebut ke surga saja; dengan memasukkannya kembali ke rahim seorang wanita. Si Ibu marah dan menganggap ide tersebut konyol.
Mereka lalu berembuk mengenai nama si bayi. Mulai dari Louis Auguste Blanque, Vladimir Ilych Lenin, Che Guevara, hingga Ahok (Basuki Tjahaya Purnama), dan Wan Abud (Anies Baswedan). Masih ada berbagai nama yang diusulkan hingga akhirnya tercetuslah Yui Shosetsu; revolusi sejati, salju sejati – mantap; Yui Shosetsu!
Waktu bergulir, hingga 28 tahun kemudian, para samurai yang telah kalah mencari keberadaan si Yui Shosetsu mengharapkan Sang Rebel Samurai dapat menyelamatkan nasib mereka. Ketika sosok gagah itu akhirnya muncul, sang ibu malah tidak mengakui orang itu. Lebih dari itu, bahkan ia menyebutnya sebagai penipu. Lalu, di manakah Yui Shosetsu yang asli?
Sepenggal pembukaan pementasan teater Yui Shosetsu oleh kelompok teater Ryuzanji Company. Latihan terbuka tersebut diadakan pada hari Jumat, tanggal 6 maret 2020 di Teater Garasi Yogyakarta. Pertunjukan dimulai sekitar pukul 20.00 WIB, dan berakhir sekitar pukul 21.30 WIB. Sebuah pementasan dengan kualitas para aktor yang prima dengan power dan penghayatan yang luar biasa.
Menulis muatan lokal di sini rasanya seperti sedang mengurus pelajaran di sekolah.
Ada yang menarik dalam pertunjukan Yui Shosetsu Sang Rebel Samurai tersebut. Penggunaan hal-hal lokal (Indonesia) dalam pementasan sangat menyegarkan pertunjukan. Dimulai dari adegan mencari nama untuk si bayi Yui Shosetsu, tokoh Ibu dan para pelacur menyebutkan berbagai nama. Dari luar negeri sampai Ahok dan Wan Abud. Sontak saja para penonton pun gerrr.
Pekikan “astaghfirullah” juga menggema dari para pengusung tandu saat majikan mereka bercinta di dalam tandu. Tak ketinggalan pula lirik Cendol Dawet juga dimasukkan dalam adegan– meski rada wangun dan kurang masuk dalam cerita.
Usut punya usut, hal itu memang disengaja oleh Ryuzanji Company. Naskah berbahasa Jepang tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia untuk kepentingan subtitle sepanjang pertunjukan. Ketika mereka sampai di Yogyakarta dan mempersiapkan pementasan, mereka mengumpulkan hal-hal lokal tersebut dan disusun masuk dalam cerita. Sebuah usaha yang patut diapresiasi. Selain membuat pertunjukan terasa dekat dengan penonton, juga membuat pertunjukan terasa cair yang membuat penonton semakin mudah masuk dalam cerita.
Malam hari itu cerah. Mulai dari pintu masuk Teater Garasi, para penonton disambut oleh para pemain dalam kostum kimono Jepang. Para oiron juga menyapa dengan ramah. Dipandu oleh Tomomi, mereka mengucapkan “Selamat datang”, “Manggaaa…”, dan “Aku mencintaimu”. Begitu lampu dipadamkan pertunjukan dimulai.
Stamina dan power para aktor benar-benar luar biasa. Mereka juga piawai bernyanyi. Semua gerak dan lakon diadegankan dengan penghayatan penuh. Meski menyelipkan celetukan-celetukan lokal, hal tersebut masih mashook-mashook aja, yaa kecuali bagian cendol dawet itu, hihi.
Dengan stamina dan intensitas pemain yang luar biasa, pertunjukan Rebel Samurai malam itu terasa seperti menonton film. Biasanya, bila menonton teater akan ada kesadaran bahwa para aktornya sedang berakting dan berpura-pura menjadi. Namun, malam tersebut pertunjukan berjalan mengalir dan asyiknya terasa seperti menonton film dalam layar raksasa. Sebagus itu.
Alur, plot, dan penokohan pun seperti terlihat rumit, saling terkait, dan menimbulkan banyak pertanyaan pun teka-teki. Terlebih setelah tahu bahwa ternyata yang mengaku-aku Yui Shosetsu adalah sekelompok samurai yang gemar membikin onar tanpa alasan jelas. Rasa penasaran meningkat ketika muncul sosok bertopeng –apakah ia Yui Shosetsu yang sebenar-benarnya?
Latihan terbuka Rebel Samurai diadakan di Yogyakarta di dua tempat; Teater Garasi dan Tembi Rumah Budaya. Apakah kamu telah menonton salah satunya? Atau ketinggalan di dua tempat sekaligus. Aduh, sayang sekali. Lain kali, kalau melihat kelompok teater Ryuzanji Company akan pentas di Yogyakarta dan/atau di kotamu, langsung pastikan kamu harus menonton, ya. []