24 tahun silam Festival Gamelan di Yogyakarta ini mulai menyapa khalayak di wilayah kota budaya Jogja. Ia lahir dari tangan sang maestro gamelan, Sapto Raharjo, yang juga adalah ayah kandung dari Ishari Sahida a.k.a Ari Wulu yang saat meneruskannya berlaku sebagai Program Director YGF.
Latar belakang kelahiran YGF pada tahun 1995 ini adalah adanya rasa keprihatinan sekaligus keresahan akibat ketidakhadiran gamelan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, di antaranya yaitu berupa stigma negatif yang dilekatkan pada gamelan itu sendiri. Bahwa acapkali gamelan diidentikkan dengan “orang tua”, dan bahkan dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Dampaknya, generasi muda menjadi enggan mempelajari dan memainkannya. Kala itu musik gamelan juga sering dianggap tidak memiliki potensi menjadi tren yang digemari oleh mereka anak-anak muda sebagaimana keberadaan musik modern. Tak pelak, eksistensi gamelan menjadi terkikis.
Segala hal negatif seperti paparan di paragraf atas itu bisa saja sangat mudah untuk dipahami. Di antaranya adalah, bahwa segala pendapat tersebut muncul tak lain karena ketiadaan wadah bagi musik gamelan untuk muncul di permukaan masyarakat. Baik itu masyarakat penikmat pun masyarakat pelaku itu sendiri. Ironisnya, justru gamelan mulai merambah dan mendapatkan tempat di hati pecinta musik di negara lain.
Tahun pertama lahirnya Festival Gamelan pada tahun 1995 itulah yang kemudian menjadi tanda munculnya wadah bagi eksistensi gamelan yang telah dikenal minimal oleh 36 negara. Selanjutnya YGF bukan saja menggaungkan diri sekadar sebagai “Festiva;”, lebih dari itu, ia juga terus bertumbuh sebagai media berkumpul, berkomunikasi dan berinteraksi yang ditunggu-tunggu pemain dan pecinta gamelan. Bahkan ada harapan lebih darinya, bahwa dengan YGF akan ada semangat untuk terus menyuarakan keberadaan gamelan serta spirit dalam mendorong pun mengajak setiap orang guna memberikan kontribusi.
Dapat dikatakan juga bahwa YGF dikelola oleh komunitas pecinta seni gamelan dalam rasa kebersamaan untuk dapat saling mendukung aktivitasnya, serta dapat mengelola jaringan bisnis yang terkait dengan seni gamelan dalam konteks saling menguntungkan dan selalu menyuarakan keberadaan seni gamelan baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. Dan seturut dengan berjalannya waktu, dukungan yang terwujud hingga saat ini datang dari mana saja, baik dari indtansi formal pun non formal, baik pelaku alias pemain gamelan yang acap disebut Gamelan Player, ataupun sekadar penikmat pun pecinta gamelan saja yang kemudian mereka ini dijuluki Gamelan Lovers.
Mengenai visi dari diselenggarakannya Yogyakarta Gamelan Festival adalah menggagas kehidupan seni gamelan yang dinamis, selalu menyelaraskan diri dengan jaman tanpa harus kehilangan latar belakang budayanya dan saling menghargai keanekaragaman kebudayaan di dunia.
Sementara untuk misi YGF adalah guna menciptakan dan mengelola media yang secara berkesinambungan menjadi sarana berkumpul, berkomunikasi dan berinteraksi bagi para pencipta seni gamelan dan membantu mereka yang sedang mempersiapkan masa depan untuk terlibat dalam dunia seni gamelan maupun yang akan menguatkan potensi yang sudah dimiliki dalam berbagai bentuk kegiatan.
Tak luput ketika YGF sudah seharusnya dijadikan icon Yogyakarta. Dan bangga dengan budaya selayaknya juga harus dirasakan seiring helatan Festival Gamelan yang kenyataannya hingga kini telah banyak diakui dan dipelajari oleh negara tetangga bahkan juga oleh masyarakat dunia ini. Karenanya, tiada salah ketika helatan YGF juga disejajarkan dengan festival kelas dunia lain.
Pada penyelenggaraan helatan rutin tahun ke-24 ini tema yang diusung adalah “New Gamelan”, yang jika didefinisikan adalah “Gamelan Baru”. Artinya, tahun 2019 menjadi tahun berbeda dibanding dengan helatan serupa yang diselenggarakan pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu wujud perbedaan itu adalah, bahwa Yogyakarta Gamelan Festival tahun 2019 dihelat dengan memilih tempat sebagai venue utama adalah di Plaza Ngasem Yogyakarta, ditambah lagi dengan beberapa venue lain sebagai rangkaian acaranya.
Gamelan baru dalam tema “New Gamelan” terpantik bukan saja dipandang dari sisi penyajian dengan gaya atau cara baru, lebih dari itu adalah juga dalam merespon perkembangan tren saat ini, yaitu tuntutan agar kita memiliki kemampuan dalam beradaptasi terhadap zaman. Selain itu, apabila dipandang dari segi spiritnya, gamelan juga harus mampu berinovasi agar dapat diterima pada zaman saat ini.
Agenda yang akan diselenggarakan pada helatan Festival Gamelan tahun 2019 ini berlangsung selama 6 hari, yaitu dimulai pada tanggal 19 dan akan berakhir tanggal 24 Agustus 2019 yang berlangsung di beberapa venue. Sebanyak 4 rrogram dan rangkaian acara juga siap di hadirkan.
Menjadi pembuka dalam gelaran Festival Gamelan di Yogyakarta ini adalah “Gaung Gamelan” yang dijadwalkan pada hari Senin, 19 Agustus 2019, bertempat di kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta, tepatnya di seberang Monumen Serangan Umum 1 Maret. Program Gaung Gamelan yang mengusung tajuk “Gending” ini akan disajikan oleh para pemain gamelan dengan persembahan Cakepan Santi Mulyo.
Sajian gending yang dihadirkan pada pembukaan ini selain betrtempat di kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta yang merupakan titik pusat, secara bersamaan di mulai pukul 15:00 WIB, digelar pula acara serupa sebagai rangkaiannya adalah di 4 titik arah mata angin dan 17 desa budaya di wilayah Yogyakarta.
Rembug Budaya merupakan program diskusi terbuka yang akan dilaksanakan di Museum Wayang Ukur, Jalan Tamansiswa, Yogyakarta pada tanggal 20 Agustus 2019, mulai pukul 15.00 WIB hingga selesai.
Program lokakarya agendanya akan dilakukan bekerjasama dengan komunitas musik Limbah Bunyi dan diadakan pada hari Rabu 21 Agustus 2019 bertempat di Komunitas Gayam 16, Mantrigawen Lor, Yogyakarta.
Pada program acara yang dimulai pukul 15.00 WIB ini, para peserta akan diajari mendaur ulang limbang menjadi alat musik gamelan jenis baru.
Program Pagelaran Gamelan dilaksanakan di Plaza Ngasem dan berlangsung selama 3 hari, yaitu dari tanggal 22 hingga 24 Agustus 2019 tepatnya akan dimulai pada pukul 19.00 WIB.
Dalam Program Pagelaran Gamelan ini akan ada sejumlah 12 penampil yang bakal mempersembahkan kepiawaiannya dalam menyajikan persembahan gamelan di tengah-tengah khalayak. Mereka datang dari beragam latar belakang, baik dari dalam kota, luar kota, bahkan hingga dari manca negara. Di antaranya adalah dari Bantul, Surakarta, Jepara, Jepang, Perancis, serta negeri panser -Jerman.
Para penampil itu adlaah sebagai berikut;
Tentang helatan Festival Gamelan di Yogyakata ini semuanya dibuka secara umum dan gratis. Jadi, sekiranya Anda berada di Jogja pada saat bersamaan, sila agendakan untuk menikmati beragam program rangkaian di dalamnya. []