Yogyakarta Ska Festival yang digelar oleh Komunitas Yogyakarta Ska Crew, atau yang biasa disingkat #YkSkaCrew ini menjadi ajang digelarnya berbagai hal yang terkait dengan musik ska, bukan saja sebatas konser musik, namun lebih dari itu, tak sedikit pula konten yang menyertainya.
Yogyakarta Ska Festival 2019 menjadi kali kedua setelah helatan ini diselenggarakan tahun 2018 silam. Dan helatan ini dihadirkan dengan sedikit perbedaan apabila harus dibandingkan dengan penyelenggaraan satu tahun sebelumnya. Di antaranya adalah; apabila pada tahun 2018 silam gelaran ini cukup disajikan di dalam sebuah ruangan berujud Bar, maka di tahun 2019 ia disuguhkan di tanah lapang berujud taman. Pun dengan konten yang ada, di antara ragam suguhan Yogyakarta Ska Festival tahun 2019 ini, selain dihadirkan kontes dansa ska, lapak kuliner, serta eksibisi komunitas-komunitas, terdpaat pula konten Museum of Ska yang akan memamerkan koleksi tentang musik Ska.
Digelar pada area taman di Jogja Expo Center pada hari Minggu 15 Desember 2019 dengan waktu open gate pukul 10:00 dan berlangsung hingga tengah malam, gelaran Yogyakarta Ska Festival tahun 2019 ini mengusung tema ‘Mlampah Dados Manunggal‘.
Sebagai tema, ‘Mlampah Dados Manunggal‘ yang berbahasa berbahasa jawa itu diusung bukan tanpa sebab. Sebagaimana keberadaan Jogja yang berbahasa ibu sekaligus bahasa kesehariannya adalah bahasa jawa, maka hal itu diaplikasikan demi turut serta Yogyakarta Ska Crew dalam mengingat dan ikut ‘nguri-uri’ budaya yang sudah selayaknya didengungkan kembali. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Annas Aghanasa dalam jumpa media di Ketemu Coffee -Mantrijeron Yogyakarta, 12 Desember 2019.
Annas Aghanasa sendiri merupakan sosok Ketua Penyelenggara Yogyakarta Ska Festival tahun 2019, sekaligus juga gitaris band ska asal Jogja itu berjuluk ‘Apollo 10’.
Dari tema ‘Mlampah Dados Manunggal’ yang dalam bahasa Indonesianya bisa diartikan sebagai ‘Berjalan Bersama untuk Tetap Menjadi Satu’ tersebut juga dapat dimaknai sebagai ajakan untuk tetap bersatu bagi semua elemen masyarakat di tengah perbedaan yang ada. Tentu saja termasuk pada para pelaku-pelaku dunia musik yang berasal dari genre berbeda-beda.
“Mari tetap bersatu. Ada konflik agama, suku ataupun genre musik. Hilangkan hal itu, ayolah berjalan jadi satu membangun Jogja bersama-sama,” tutur Annas.
Masih menurut Annas, bahasa Jawa digunakan dalam tema yang diusung pada gelaran Yogyakarta Ska Festival tahun 2019 ini adalah juga guna menampilkan ciri khas Jogja, sehingga orang-orang di luar daerah sedikit banyak bisa ikut belajar bahasa Jawa. Pun sebaliknya, kultur dan budaya Jogja -termasuk di dalamnya adalah hal yang terkait dengan musik ska di Jogja- bisa dirasakan merambah di daerah lain.
Yogyakarta Ska Festival tahun 2019 ini sifatnya terbuka bagi umum, namun dikenakan biaya masuk dengan pembelian tiket. Hal tersebut dilakukan karena hajatan musik ska di Yogyakarta ini sifatnya adalah mandiri dan diselenggarakan swadaya oleh Komunitas #YkSkaCrew. Namun tenangsaja, harga tiket masih sangat terjangkau, yaitu untuk Harga Tiket Masuk Presale dikenakan Rp20.000,- sedangkan untuk Tiket On The Spot sebesar Rp25.000,-
Sementara mengenai beberapa grup yang dihadirkan dalam helatan Yogyakarta Ska Festival 2019 ini antara lain adalah Black Sky, Braves Boy, Apollo 10, Sri Plecit, Social Hitam Putih, Kopi Loewak, Lost Stroom, Button Down, Sakesplus, Seconda Volta dan Kalaska. Dan yang tak kalah serunya adalah juga kehadiran dari Bovver Lover. [uth]